Adsensecamp

ARTIKEL TERBARU

IMB KOTA MAKASAR

PERSYARATAN
1.Persyaratan administrasi
  a.Fotokopi KTP pemohon yang masih berlaku.
  b.Fotokopi bukti surat kepemilikan/penguasaan tanah.
  c.Fotokopi lunas PBB tahun berjalan.
  d.Surat pernyataan tidak keberatan dari tetangga.
  e.Surat pernyataan pemohon bahwa lokasi/tanah tidak dalam keadaan sengketa dan diketahui lurah dan camat setempat.
  f.Gambar rencana bangunan dan perhitungan konstruksi 5 rangkap dengan melampirkan Surat Izin Perencana Bangunan (SIPB).
  g.Pas Foto ukuran 3 x 4 cm sebanyak 2 lembar.

Kantor Pelayanan Perizinan akan melakukan penelitian berkas atau persyaratan pemohon sebagaimana dimaksud dan apabila telah memenuhi persyaratan, maka paling lambat 2 hari setela menerima berkas pemohon Kantor Pelayanan Perizinan melanjutkan berkas permohonan kepada Dinas Tata Ruang dan Bangunan untuk mendapatkan rekomendasi dengan menggunakan format yang disediakan oleh Kantor Pelayanan Perizinan. Sebelum mengeluarkan rekomendasi, Dinas Tata Ruang dan Bangunan akan melakukan peninjauan lapangan dengan memperhatikan syarat-syarat teknis sebagai berikut :
1.Persyaratan Arsitektur
  a.Situasi tata letak bangunan.
  b.Garis Sempadan Pagar (GSP) dan Garis Sempadan Bangunan (GSB).
  c.Bentuk ukuran dan perlengkapan ruang yang memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan umum.
  d.Tata ruang luar termasuk saluran pembuangan, peresapan air hujan dan jalan jembatan.
  e.Persentase luas lantai terhadap persil/pekarangan berdasarkan kepentingan kesehatan, lingkungan, dan pencegahan kebakaran.
  f.Mencegah gangguan pandangan lalu lintas, kemanan dan keselamatan umum, serta pencemaran lingkungan.
  g.Petunjuk persyaratan khusus menurut klasifikasi penggunaan bangunan-bangunan umum, perniagaan, pendidikan, industri, kelembagaan, rumah tangga, dan bangunan yang diklasifikasi khusus (TNI, otorita, pemerintahan pusat).
2.Persyaratan Struktur
  a.Sistem konstruksi untuk bangunan satu lantai, bertingkat, dan bangunan dengan konstruksi khusus.
  b.Bahan konstruksi dari kayu, baja, beton, dan sejenisnya.
  c.Ketahanan konstruksi terhadap gempa, api, air, dan cuaca.
3.Persyaratan Mekanikal dan Elektrikal
  a.Jaringan air bersih, air kotor, dan jaringan pembuangan air hujan.
  b.Instalasi listrik dan perlengkapannya.
  c.Instalasi telekomunikasi/telepon.
  d.Instalasi penangkal petir.

Hasil pelaksanaan peninjauan lapangan  dituangkan dalam Berita Acara Peninjauan Lapangan (BAPL) yang merupakan salah satu lampiran rekomendasi. Kantor pelayanan perizinan menerima rekomendasi dan pengantar Surat Tanda Setoran (STS) dari Dinas Tata Ruang dan Bangunan yang terdiri dari 3 rangkap sebagai berikut:
1.Rekomendasi asli sebagai arsip kantor pelayanan perizinan kota Makasar.
2.Masing-masing salinan rekomendasi untuk :
  -Salinan pertama disampaikan kepada pemohon.
  -Salinan kedua sebagai arsip pada unit teknis yang bersangkutan.

Kantor pelayanan perizinan akan menyampaikan kepada pemohon melalui jasa kantor pos atau telepon bahwa berkasnya telah memenuhi syarat-syarat untuk diterbitkan izinnya dan pemohon diundang untuk memenuhi kewajibannya. Berdasarkan pemberitahuan tersebut, pemohon memenuhi kewajiban dengan membayar biaya izin. Biaya disetorkan kepada rekening pemegang kas daerah melalui loket yang tersedia pada kantor pelayanan perizinan.

Bukti pembayaran dalam bentuk Surat Tanda Setoran (STS) disampaikan kepada dinas teknis secara berkala. Setelah pemohon menyelesaikan kewajibannya dengan membayar biaya izin, maka izin asli disampaikan kepada pemohon dalam tempo 1x24 jam (satu hari) dari tanggal penerimaan pelunasan pembayaran kewajiban pemohon. Izin diterbitkan sebanyak 4 (empat) rangkap untuk kepentingan sebagai berikut:
a.Asli untuk pemohon yang bersangkutan.
b.Salinan satu untuk dinas teknis yang bersangkutan.
c.Salinan dua untuk camat/lurah yang bersangkutan.
d.Salinan tiga untuk arsip.

Tarif Retribusi
1.Rumah tinggal tidak bertingkat Rp 8.600/m².
2.Rumah tinggal bertingkat Rp 11.400/m².
3.Teras Rp 3.200/m².
4.Pagar yang tingginya kurang 1,5 m Rp 1.800/m².
5.Pagar yang tingginya lebih dari 1,5 m Rp 3.200/m².
6.Selain hal di atas ada tambahan biaya untuk papan IMB Rp 75.000,00; leges Rp 25.000,00; dan perizinan Rp 50.000,00.

Waktu Pemrosesan
Proses penyelesaian IMB selambat-lambatnya 12 hari kerja setelah ketentuan berkas dilengkapi pemohon.



Share/Bookmark Read More..

IMB KOTA MEDAN

DASAR HUKUM DAN PENGERTIAN IMB
1.Peraturan Daerah Kota Medan No 35 tahun 2002 tentang Perubahan atas Perda Kota Medan No 4 Tahun 2001 tentang pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-dinas Daerah di lingkungan Pemerintah Kota Medan dan Perda Kota Medan No 9 Tahun 2002 tentang Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Pelaksanaan Perda tersebut diatur melalui Keputusan Walikota Medan No 34 Tahun 2002 tentang pelaksanaa Perda No 9/2002 dan Keputusan Walikota Medan No 62 tahun 2002 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Perda Kota Medan No 9 tahun 2002.
2.IMB adalah Surat Izin Mendirikan Bangunan yang diterbitkan oleh Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan yang wajib dimiliki oleh pemohon untuk mendirikan bangunan di dalam wilayah administratif Kota Medan. IMB diberikan dengan tujuan penataan bangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang kota.
3.Mendirikan bangunan adalah pekerjaan mengadakan bangunan seluruhnya atau sebagian termasuk menggali, menimbun, meratakan tanah yang berhubungan dengan pekerjaan mengadakan bangunan, memperbaiki/renovasi dan menambah bangunan.
4.IMB dibuat berdasarkan rencana kota dan memuat penjelasan mengenai hal berikut:
  a.Bentuk dan ukuran persil.
  b.Alamat persil.
  c.Jalan dan rencana jalan di sekeliling persil.
  d.Penggunaan bangunan dan jumlah lantai.
  e.Peruntukan tanah di atas persil.
  f.Garis-garis sempadan.
  g.Arah mata angin.
  h.Skala gambar.
  i.Tanah yang dikosongkan untuk rencana jalan dan sarana utilitas umum lainnya.
  j.Biaya retribusi KRP.

PERSYARATAN
Permohonan IMB ditujukan kepada Walikota Medan c/q Kepala Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan dengan mengisi formulir yang telah disediakan dan dengan melengkapi persyaratan sebagai berikut:
1.Persyaratan administrasi
a.Pengiian formulir surat permohonan IMB.
b.Fotokopi KTP yang masih berlaku.
c.Fotokopi SPTT dan pelunasan PBB tahun terakhir.
d.Fotokopi hak atas tanah yang telah dilegalisir oleh pejabat yang berwenang, antara lain :
  -Fotokopi sertifikat yang dilegalisir oleh BPN ataupun notaris
  -Fotokopi akta jual beli notaris/camat, akta yang dikeluarkan oleh camat dilegalisir oleh camat.
  -Asli surat tidak silang sengketa yang dikeluarkan oleh lurah dan diketahui oleh camat setempat, bagi surat tanah yang bukan sertifikat dan SK camat.
  -Asli rekomendasi dari bank bagi tanah yang sedang diagunkan.
e.Rekomendasi dari instansi terkait untuk pembangunan tempat ibadah, tempat persemayaman mayat, SPBU, dan pendidikan.
f.Asli surat kuasa, akta perusahaan, surat keputusan instansi bagi pemohon yang bukan pemilik tanah (atas nama pemilik tanah).
g.Keterangan situasi bangunan (KSB).
2.Persyaratan teknis
a.Gambar rencana bangunan 3 rangkap:
  -Denah, site plan.
  -Tampak depan & samping.
  -Potongan (memanjang dan melintang).
  -Gambar konstruksi (pondasi, sloof, kolom, balok, lantai, tangga, rencana atap/kap), kecuali untuk bangunan rumah tempat tinggal 1 lantai.
  -Sumur resapan, septic tank, dan bak kontrol.
  -Untuk bangunan pagar: denah, tampak potongan, dan situasi.
b.Perhitungan konstruksi yang dibuat oleh konsultan dan ditandatangani oleh perencana, bagi bangunan dengan;
  -Bentangan balok lebih dari  6 m.
  -Ketinggian 2 lantai atau lebih bagi bangunan yang digunakan untuk kepentingan umum.
  -Ketinggian bangunan lebih dari 3 lantai.
  -Konstruksi baja atau kayu yang bentangnya lebih dari 12 meter.
  -Konstruksi baja atau kayu dengan tinggi tiang/kolom lebih dari 6 meter per lantai
c.Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB) untuk bangunan tower/menara, tangki, gapura/tugu, cerobong asap, serta renovasi bangunan.
3.Keterangan situasi bangunan
Untuk mengetahui tata letak bangunan pada suatu persil sesuai dengan rencana kota yang memuat bentuk dan ukuran persil, alamat persil, jalan dan rencana jalan, peruntukan tanah, jenis bangunan, letak bangunan, garis-garis sempadan, tinggi dan jumlah lantai, arah mata angin dan skala gambar, yang permohonannya dilengkapi dengan persyaratan sebagai berikut:
a.Gambar rencana arsitektur 2 rangkap.
b.Fotokopi surat tanah dan dilengkapi surat keterangan tidak ada sengketa.
c.Fotokopi KTP pemohon.
d.Mengisi formulir yang telah disediakan dinas terkait.

PENOLAKAN PERMOHONAN IMB
Permohonan IMB ditolak jika:
1.Tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan.
2.Bertentangan dengan rencana tata ruang kota, bila:
a.Bangunan yang direncanakan tidak sesuai dengan peruntukan tanah di lokasi yang dimaksud.
b.Di atas persil yang dimohon rencana jalan/pelebaran sehingga sisa luas tanah tidak dapat dibangun sesuai dengan persyaratan peruntukan.
c.Bangunan yang dimohon tidak sesuai ketentuan teknis lainnya.
3.Mengganggu dan mengakibatkan kerusakan terhadap kelestarian, keserasian, dan keseimbangan lingkungan.
4.Bertentangan dengan ketentuan perundangan yang berlaku.
5.Bangunan dapat dibongkar apabila:
a.Pelaksanaan mendirikan bangunan bertentangan, tidak sesuai atau menyimpang dari izin yang telah diberikan.
b.Pelaksanaan mendirikan bangunan tidak memiliki izin.

TARIF RETRIBUSI
Pemohon wajib membayar retribusi ke kas pemkot Medan melalui bendaharawan penerima Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan sebelum mengambil IMB yang terbit. Besar retribusi IMB adalah Tarif Retribusi per meter persegi bangunan x total luas bangunan.
1.Tidak bertingkat permanen lux
a.Tidak bertingkat
-Kelas Jalan I Rp 11.900,00/m2
-Kelas Jalan II Rp 10.540,00/m2
-Kelas Jalan III Rp 8.755,00/m2
-Kelas Jalan IV Rp 8.755,00/m2
b.Bertingkat 1
-Kelas Jalan I Rp 11.900,00/m2
-Kelas Jalan II Rp 10.540,00/m2
-Kelas Jalan III Rp 8.755,00/m2
-Kelas Jalan IV Rp 8.755,00/m2
c.Bertingkat 2
-Kelas Jalan I Rp 19.550,00/m2
-Kelas Jalan II Rp 18.190,00/m2
-Kelas Jalan III Rp 16.405,00/m2
-Kelas Jalan IV Rp 16.363,00/m2
d.Bertingkat 3
-Kelas Jalan I Rp 27.200,00/m2
-Kelas Jalan II Rp 25.840,00/m2
-Kelas Jalan III Rp 24.055,00/m2
-Kelas Jalan IV Rp 24.013,00/m2
e.Bertingkat 4
-Kelas Jalan I Rp 34.850,00/m2
-Kelas Jalan II Rp 33.490,00/m2
-Kelas Jalan III Rp 31.705,00/m2
-Kelas Jalan IV Rp 31.663,00/m2

2.Tidak bertingkat permanen
a.Tidak bertingkat
-Kelas Jalan I Rp 9.988,00/m2
-Kelas Jalan II Rp 8.628,00/m2
-Kelas Jalan III Rp 7.310,00/m2
-Kelas Jalan IV Rp 7.268,00/m2
b.Bertingkat 1
-Kelas Jalan I Rp 9.988,00/m2
-Kelas Jalan II Rp 8.628,00/m2
-Kelas Jalan III Rp 7.310,00/m2
-Kelas Jalan IV Rp 7.268,00/m2
c.Bertingkat 2
-Kelas Jalan I Rp 17.638,00/m2
-Kelas Jalan II Rp 16.278,00/m2
-Kelas Jalan III Rp 14.960,00/m2
-Kelas Jalan IV Rp 12.568,00/m2
d.Bertingkat 3
-Kelas Jalan I Rp 25.288,00/m2
-Kelas Jalan II Rp 23.928,00/m2
-Kelas Jalan III Rp 22.610,00/m2
-Kelas Jalan IV Rp 22.568,00/m2
e.Bertingkat 4
-Kelas Jalan I Rp 32.938,00/m2
-Kelas Jalan II Rp 31.578,00/m2
-Kelas Jalan III Rp 30.260,00/m2
-Kelas Jalan IV Rp 30.218,00/m2

PENGUKURAN TANAH
Pengukuran tanah adalah pengukuran bentuk dan luas tanah dalam bentuk gambar situasi, diberlakukan bagi pemohon IMB untuk persil tanah yang belum beralaskan hak sertifikat atau tidak dilengkapi surat keterangan pendaftaran tanah dan gambar situasi tanah dari Kantor Pertanahan. Hasil pengukuran tanah berupa gambar situasi diterbitkan oleh Lurah setempat. Struktur dan besar tarif retribusi pengukuran tanah adalah sebagai berikut:

1.Luas tanah s/d 100m2             Rp 30.000,00
2.Luas tanah > 100m2 s/d 500m2         Rp 40.000,00
3.Luas tanah > 500m2 s/d 1000m2         Rp 60.000,00
4.Luas tanah > 1000m2 s/d 2000m2         Rp 80.000,00
5.Luas tanah > 2000m2 s/d 3000m2     Rp 100.000,00
6.Luas tanah > 3000m2 s/d 4000m2     Rp 120.000,00
7.Luas tanah > 4000m2 s/d 5000m2         Rp 140.000,00
8.Luas tanah > 5000m2                
setiap kelebihan s/d 100 m2 dikenakan      Rp 150.000,00
tambahan sebesar

Share/Bookmark Read More..

IMB KOTA SURABAYA

DASAR HUKUM
1.  Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 1992 tentang IMB.
2.  Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 1999 tentang IMB.
3.  Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 1995 tentang Penomoran Bangunan.
4.  Keputusan Walikota Surabaya No 396 tahun 2003 tentang Tata Cara Penyelesaian Permohonan IMB di Kota Surabaya.

PERSYARATAN IMB BARU
1.  Fotokopi KTP.
2.  Tanda lunas PBB.
3.  Fotokopi bukti hak penguasaan/kepemilikan tanah yang sah dilegalisir oleh pejabat yang berwenang.
4.  Hasil penelitian lokasi untuk rumah tinggal dan syarat zoning untuk non rumah tinggal yang dikeluarkan Dinas Tata Kota.
5.  Surat pernyataan pernohonan IMB.
6.  Gambar rencana bangunan (bestek) skala 1:100 (rangkap 3).
7.  Perhitungan dan gambar konstruksi kayu skala 1:50 & 1:20 (rangkap 2), beton skala 1:50 & 1:20 (rangkap 2), baja skala 1:50 & 1:20 (rangkap 2), berikut pernyataan penanggung jawab konstruksi.
8.  Melunasi pembayaran retribusi IMB.

PERSYARATAN IMB PEMUTIHAN
1.  Fotokopi KTP, tanda lunas PBB.
2.  Fotokopi surat bukti hak penguasaan/kepemilikan tanah yang sah dan dilegalisir.
3.  Hasil penelitian lokasi untuk rumah tinggal dan syarat zoning untuk non rumah tinggal yang dikeluarkan oleh Dinas Tata Kota.
4.  Surat pernyataan permohonan IMB.
5.  Gambar rencana bangunan (bestek) skala 1:100 (rangkap 3).
6.  Melunasi pembayaran retribusi IMB.

BESAR BIAYA RETRIBUSI IMB BERDASARKAN PERDA NO 17 TAHUN 1999
Retribusi IMB terdiri dari sebagai berikut :
1.Biaya penelitian administrasi.
2.Biaya pemetaan bangunan.
3.Biaya pengadaan tanda uji.
4.Biaya pengawasan dan pengendalian dihitung luas lantai dikalikan dengan nilai biaya per m2.
5.Biaya pengukuran sempadan dihitung dari besar panjang garis sempadan x biaya pengukuran.



Biaya untuk Rumah Tinggal Permanen luas sampai dengan 100 m².
1.  Lebar jalan kurang dari 6m
    a.  Biaya pengawasan dan pengendalian untuk lantai dasar Rp 400/m², lantai tingkat Rp 200/m², dan jika ada perobohan bangunan lama Rp 100/m².
    b.  Biaya pengukuran sempadan Rp 75/m²
2.  Lebar jalan:  6m ≤ lebar ≤ 9m
    a.  Biaya pengawasan dan pengendalian untuk lantai dasar Rp 500/m², lantai tingkat Rp 400/m², dan jika ada perobohan bangunan lama Rp 150/m².
    b.  Biaya pengukuran sempadan Rp 75/m²
3.  Lebar jalan:  9m ≤ lebar ≤ 16m
    a.  Biaya pengawasan dan pengendalian untuk lantai dasar Rp 900/m², lantai tingkat Rp 600/m², dan jika ada perobohan bangunan lama Rp 250/m².
    b.  Biaya pengukuran sempadan Rp 200/m²
4.  Lebar jalan:  9m ≤ lebar ≤ 24m
    a.  Biaya pengawasan dan pengendalian untuk lantai dasar Rp 1.600/m², lantai tingkat Rp 800/m², dan jika ada perobohan bangunan lama Rp 450/m².
    b.  Biaya pengukuran sempadan Rp 400/m²
5.  Lebar jalan lebih dari 24m
    a.  Biaya pengawasan dan pengendalian untuk lantai dasar Rp 2.000/m², lantai tingkat Rp 1.000/m², dan jika ada perobohan bangunan lama Rp 500/m².
    b.  Biaya pengukuran sempadan Rp 500/m²

Keterangan:
1.  Untuk luas lantai antara 100 m² s/d 200 m² dikalikan 150%.
2.  Untuk luas lantai antara 200 m² s/d 300 m² dikalikan 200%.
3.  Untuk luas lantai lebih dari 300 m² dikalikan 250%.
4.  Untuk biaya perobohan bangunan dikalikan dengan luas lantai bangunan yang dirobohkan.

Share/Bookmark Read More..

Free 3D Model Interior

Silahkan unduh gratis!!!!! library 3d modeling, bagi yang membutuhkan....kalau dicantumkan di blog anda tuliskan link asalnya...trims....

free 3d modeling aksesoris restoran
free 3d modeling furniture

 
 
 
 
 
Share/Bookmark Read More..

INFORMASI SYARAT-SYARAT IMB (KOTA YOGYAKARTA)

IMB KOTA YOGYAKARTA

DASAR HUKUM
1.Peraturan Daerah Kodya Dati II Yogyakarta Nomor 4 Tahun 1988.
2.Peraturan Daerah Kodya Dati II Yogyakarta Nomor 5 Tahun 1988.
3.Peraturan Daerah Kodya Dati II Yogyakarta Nomor 6 Tahun 1988.
4.Peraturan Daerah Kodya Dati II Yogyakarta Nomor 5 Tahun 1991.
5.Peraturan Daerah Kodya Dati II Yogyakarta Nomor 6 Tahun 1994.
6.Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 17 Tahun 2005.
7.Keputusan Walikota No 28/2002
8.Keputusan Walikota No 115/2004
9.Keputusan Walikota No 40,41,42.

PERSYARATAN
1.Bangunan Baru
a.Setiap pemohon harus mengajukan permohonan tertulis kepada camat untuk memperoleh Izin Membangun Bangunan-bangunan (IMBB) menggunakan formulir permohonan yang telah disediakan dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut.
  i.   Fotokopi salinan surat bukti hak tanah/sertifikat tanah 2 rangka.
     -Untuk tanah milik pemerintah/negara apabila masa berlakunya tinggal kurang dari 1 tahun, maka harus ada persetujuan dari Badan Pertanahan Nasional Kota Yogyakarta.
     -Untuk kawasan keraton (seputar benteng keraton) maupun tanah milik keraton, harus ada persetujuan dari Penghageg Wahono Sarto Kriyo Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
     -Untuk tanah yang bukan milik pemohon, harus ada persetujuan dari pemilik tanah dengan meterai Rp 6.000,00.
     -Surat pernyataan bahwa tanah dan bangunan yang terletak di atasnya tidak dalam persengketaan, dengan meterai Rp 6.000,00.
  ii.  Amplop yang diambil di loket Izin Membangun Bangunan-bangunan (IMBB) disertai perangko yang cukup untuk mengirimnya (jika mengirim surat penangguhan/penolakan atau pemberitahuan membayar retribusi). Bila bundel permohonan selesai proses penelitian.
  iii. Fotokopi izin peruntukan lahan (bila diperlukan).
  iv.  Fotokopi KTP pemohon 2 rangkap.
  v.   Sketsa letak/lokasi dimana bangunan tersebut akan didirikan.
  vi.  Gambar bangunan atau rencana bangunan.
  vii. Perhitungan konstruksi dan hasil penelitian tanah (jika diperlukan) 2 rangkap untuk bangunan bertingkat.
  viii.Rencana kerja dan syarat-syarat.
  ix.  Surat izin tetangga untuk bangunan bertingkat.
  x.   Dianjurkan gambar rencana dikonsultasikan terlebih dahulu ke Dinas Perijinan untuk mendapatkan advice planning ataupun arahan teknis lainnya.
b.Formulir permohonan IMBB.
c.Surat Pernyataan.

2.Bangunan Lama
  a.Salinan (fotokopi) surat bukti hak atas tanah 2 rangkap.
  b.Gambar Arsitektur
    Gambar situasi, denah, tampak depan, tampak samping, potongan, jaringan sanitasi, dan instalasi.
  c.Foto bangunan masing-masing 2 rangkap.
  d.Surat pernyataan
    -Yang menyatakan sanggup menyesuaikan bangunannya dengan peraturan yang berlaku dan tidak keberatan mengepras bangunan yang melanggar peraturan.
    -Yang menyatakan bertanggung jawab atas konstruksi bangunannya dan segala sesuatunya bilamana bangunannya mengakibatkan kerusakan/kerugian terhadap bangunan tetangga/pihak lain.
  e.Fotokopi KTP pemohon 2 rangkap

MEKANISME PENDAFTARAN
  1.Blangko permohonan diserahkan ke Dinas Perizinan
  2.Bila semua persyaratan sudah dipenuhi, maka akan diberikan bukti pendaftaran kepada pemohon sekaligus jadual waktu untuk penelitian lokasi bangunan.
  3.Jika ternyata persyaratan belum lengkap, maka bendel akan dikembalikan kepada pemohon untuk dilengkapi terlebih dahulu.
  4.Pemohon akan diberitahu atau diundang ke dinas perijinan jika masih ada kekurangan persyaratan.
  5.Bila penelitian sudah selesai dan bendel permohonan dinyatakan benar dan lengkap, maka akan dikirimkan surat permohonan pembayaran kepada pemohon.

BIAYA
  1.Retribusi untuk bangunan gedung ditetapkan 5‰ (lima permil) dari nilai bangunan serendah-rendahnya sebesar Rp 7.500,00.
  2.Retribusi untuk bangunan-bangunan ditetapkan sebesar 1‰ (satu permil) dari nilai bangunan-bangunan tersebut dan serendah-rendahnya Rp 2.500,00.
  3.Retribusi untuk perubahan bangunan ditetapkan sebesar 2‰ (2 permil) dari biaya perubahan tersebut, serendah-rendahnya Rp 5.000,00.
  4.Besar retribusi diberitahukan kepada pemohon izin secara tertulis disertai dengan bukti tanda terima.
  5.Pembayaran retribusi IMBB dilakukan selambat-lambatnya 14 hari setelah pemberitahuan tersebut diterima oleh pemohon izin.
CARA MENGHITUNG NILAI BANGUNAN
Nilai bangunan meliputi koefisien kelas bangunan x koefisien letak bangunan x luas bangunan x koefisien tingkat bangunan x indeks taksasi harga bangunan.
1.Koefisien Kelas Bangunan (KKB)
  a.Permanen 1, yaitu bangunan lebih dari atau sama dengan satu batu, konstruksi beton bertulang atau sejenisnya, nilai koefisiennya adalah 2,5.
  b.Permanen 2, yaitu bangunan kurang dari satu batu dengan konstruksi beton bertulang atau sejenisnya, nilai koefisiennya adalah 2,25.
  c.Permanen 3, yaitu bangunan kurang dari satu batu, tidak dengan konstruksi beton bertulang atau sejenisnya, nilai koefisiennya adalah 2.
  d.Semi permanen 1, yaitu bangunan kotangan berdinding papan atau sejenisnya, nilai koefisiennya adalah 1,5.
  e.Semi permanen 2, yaitu bangunan kotangan berdinding gedeg/bambu atau yang sejenis/seharga, nilai koefisiennya adalah 1.
  f.Semi permanen 3, yaitu bangunan berdinding papan, gedeg/bambu, atau yang sejenis/seharga, nilai koefisiennya adalah 0,75.
  g.Sementara 1, yaitu bangunan yang berdinding papan, gedeg/bambu, atau yang sejenis berlantai tanah tanpa pondasi, nilai koefisiennya adalah 0,5.
  h.Sementara 2, yaitu bangunan yang berdinding papan, gedeg/bambu, atau yang sejenis, berlantai tanah dan beratap kajang atau sejenis, tanpa pondasi, nilai koefisiennya adalah 0,3.
2.Koefisien Letak Bangunan (KLB)
  a.Di pinggir jalan arteri, koefisiennya 2,25.
  b.Langsung berada di belakang bangunan di pinggir jalan arteri koefisiennya 1,5.
  c.Di pinggir jalan kolektor, koefisiennya 2,5.
  d.Langsung berada di belakang bangunan di pinggir jalan kolektor koefisiennya 1,75.
  e.Di pinggir jalan lokal, koefisiennya 1,5.
  f.Langsung berada di belakang bangunan di pinggir jalan lokal koefisiennya 1,25.
  g.Di pinggir jalan lingkungan, koefisiennya 1,25.
  h.Langsung berada di belakang bangunan di pinggir jalan lingkungan koefisiennya 1,0.
  i.Di dalam jalan kampong atau jalan rukun, koefisiennya 1,0.
3.Koefisien Guna Bangunan (KGB)
  a.Bangunan komersial 1 (BK 1)
    Luas lantai lebih besar atau sama dengan 500 m², koefisiennya 2,5.
  b.Bangunan komersial 2 (BK 2)
    Luas lantai lebih besar atau sama dengan 200 m² s/d kurang dari 500 m²,, koefisiennya 2,25.
  c.Bangunan komersial 3 (BK 3)
    Luas lantai lebih besar atau sama dengan 100 m² s/d kurang dari 200 m²,, koefisiennya 2,0.
  d.Bangunan komersial 4 (BK 4)
    Luas lantai lebih besar atau sama dengan 50 m² s/d kurang dari 100 m²,, koefisiennya 1,75.
  e.Bangunan komersial 5 (BK 5)
    Luas lantai lebih besar atau sama dengan 15 m² s/d kurang dari 50 m²,, koefisiennya 1,5.
  f.Bangunan komersial 6 (BK 6)
    Luas lantai kurang dari 15 m², koefisiennya 1,25.
  g.Bangunan Non Komersial (BNK), koefisiennya 1.
4.Koefisien Bangunan Gedung Bertingkat (KBGB)
  a.Lantai ke-2 koefisien 1.
  b.Lantai ke-3 koefisien 0,9.
  c.Lantai ke-4 koefisien 1,0.
  d.Lantai ke-5 koefisien 1,1.
  e.Untuk seterusnya setiap lantai ditambah koefisien 0,1

5.Indeks taksasi harga
  a.Untuk bangunan : Rp 320.000/m2
  b.Untuk teras, balkon, perkerasan halaman/jalan masuk : Rp 240.000/m2
  c.Untuk bangunan dengan ketinggian dari permukaan tanah 4m s/d 8m diperhitungkan 2 kali lipat besar taksasi nilai bangunan, untuk bangunan dengan ketinggian 8m s/d 12m diperhitungkan 3 kali lipat besar taksasi nilai bangunan.
  d.Untuk septic tank, sumur peresapan air, bak penampungan air, dan lain-lain Rp 700.000/unit
WAKTU PEMROSESAN
Pembuatan IMBB memakan waktu 42 hari apabila persyaratan telah lengkap.

Share/Bookmark Read More..

INFORMASI SYARAT-SYARAT IMB (DKI JAKARTA)

Halo semua....kali ini saya ada informasi menarik yang mungkin dibutuhkan siapa aja yang mo mbangun rumah atau gedung khususnya dalam hal pengurusan IMB. Pasti masih banyak yang bingung apa dan bagaimana tata cara pengurusan IMB. Informasi ini saya bagikan khususnya IMB di beberapa kota besar Indonesia, tapi tidak bisa semua, paling tidak bisa mewakili dan memberikan gambaran yang cukup jelas. JIka ada yang kurang silahkan menambahkan, saya tunggu emailnya...Silahken menikmati dan semoga bermanfaat...:)))))
 
IMB DKI JAKARTA

DASAR HUKUM
1.Peraturan Daerah No. 3 tahun 1999
2.Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 931 tahun 1997
3.Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 76 tahun 2000
4.Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 63 tahun 1997

KELENGKAPAN PERSYARATAN
1.Persyaratan surat izin peruntukan tanah
  a.Mengisi formulir permohonan
  b.Fotokopi KTP / akta badan hokum
  c.Fotokopi sertifikat tanah/surat bukti kepemilikan hak atas tanah yang dimohon
  d.Fotokopi tanda bukti lunas PBB
  e.Rekomendasi dari Kantor Wilayah BPN
  f.Proposal rancang bangun rencana pembangunan
  g.Penjelasan rencana kota dari Sub Dinas Tata Kota
2.Persyaratan surat persetujuan prinsip pembebasan lokasi/lahan
  a.Mengisi formulir permohonan
  b.Fotokopi KTP / akta pendirian perusahaan / yayasan / lainnya
  c.Peta situasi 1:5000
  d.Rekomendasi dari bank
  e.Surat pernyataan kesanggupan
3.Persyaratan keterangan rencana kota dan rencana tata letak bangunan
  a.Mengisi formulir kesanggupan
  b.Fotokopi KTP/badan usaha
  c.Fotokopi tanda bukti lunas PBB
  d.Fotokopi sertifikat / tanda bukti kepemilikan hak atas tanah
  e.Jika luas tanah lebih dari 5000m2 dilengkapi dengan surat pendaftaran tanah dari BPN dan surat izin penunjukan penggunaan tanah dari Gubernur DIY
  f.Persyaratan teknis lainnya antara lain peta dasar skala 1:1000,peruntukan rencana kota, garis sempadan bangunan, garis sempadan jalan, tipe bangunan, tinggi bangunan, koefisien lantai bangunan, koefisien dasar bangunan, gambar rencana letak tata bangunan dan perpetakan.
  g.Lama proses pengukuran situasi adalah 7 hari, keterangan rencana kota 4 hari, dan rencana tata letak bangunan selama 4 hari.
4.Pesyaratan izin penggunaan bangunan
  a.Pelaksanaan bangunan sesuai dengan prasyarat yang ada di IMB
  b.Dilaksanakan oleh ahli, kecuali untuk rumah tinggal
  c.Untuk bangunan rumah tinggal dilampiri dengan hasil pemeriksaan dari pengawas lapangan dan fotokopi IMB
5.Persyaratan kelayakan menggunakan bangunan
  a.Fotokopi KTP pemohon
  b.Fotokopi IMB/IPB/KMB
  c.Fotokopi bukti kepemilikan tanah
  d.Gambar arsitektur sesuai pelaksanaan lapangan
  e.Foto bangunan sesuai keadaan lapangan
6.Persyaratan yang harus dipenuhi untuk pengurusan IMB
  a.Mengisi 2 (dua) lembar formulir a/n pemohon
  b.Melampirkan 2 (dua) lembar fotokopi KTP
  c.Melampirkan 2 (dua) rangkap fotokopi sertifikat tanah, surat bukti yang disahkan kelurahan/surat keterangan dari notaries
  d.Melampirkan 2 (dua) lembar gambar rencana bangunan

Sebelum mengajukan IMB, dilakukan pengukuran dan pembuatan surat ukur dengan syarat sebagai berikut.
a.Mengisi formulir permohonan
b.Fotokopi KTP, KK, bukti kewarganegaraan, dan surat pernyataan ganti nama
c.Surat kuasa dan KTP penerima kuasa
d.Fotokopi bukti pelunasan PBB tahun berjalan
e.Bukti pelunasan BPHTb dan PPH/SSP
f.Fotokopi atas hak berupa:
  -Girik letter C (untuk tanah bekas milik adat)
  -Surat garapan, rekomendasi lurah dan camat, kartu sewa, kartu kapling (untuk tanah negara)
g.Surat-surat bukti peralihan berupa akta jual beli, hibah, tukar-menukar, risalah lelang dari Kantor Lelang Negara bilamana bidang tanah tersebut karena lelang, pembagian karena warisan, surat keterangan waris (yang dibenarkan oleh lurah dan dikuatkan oleh camat atau berdasarkan ketetapan pengadilan), serta bukti-bukti peralihan pemilik tanah sebelumnya s/d pemilik saat ini)
h.Surat-surat bukti peralihan/perolehan hak berupa akta pemindahan hak, tukar-menukar, risalah lelang dari Kantor Lelang Negara bilamana bidang tanah tersebut karena lelang, pembagian karena warisan, surat keterangan waris (yang dibenarkan oleh lurah dan dikuatkan oleh camat atau berdasarkan ketetapan pengadilan) termasuk bukti-bukti peralihan pemilik tanah sebelumnya untuk tanah negara.
i.Surat keterangan riwayat tanah dibuat oleh lurah untuk tanah bekas milik adat.
j.Surat pernyataan yang diketahui oleh lurah bahwa tanah yang dimohonkan tidak dalam keadaan sengketa, tidak dijaminkan, belum pernah dialihkan kepada pihak lain dan belum pernah diterbitkan sertifikat (untuk tanah bekas milik adat).
k.Surat pernyataan permohonan (di atas meterai Rp 3000) bahwa bidang tanah tersebut telah dipasang tugu/patok batas, tidak dalam keadaan sengketa, tidak dijaminkan, dan belum pernah diterbitkan sertifikat.



TARIF RETRIBUSI
Rumus untuk menghitung biaya pembuatan IMB sebagai berikut :
Biaya IMB = Luas x TJB x TPJ x 1%

Keterangan :
Luas    =  Luas bangunan yang akan didirikan  
TJB    = Tarif Jenis Bangunan sesuai perda (table tarif retribusi IMB)
TPJ    = Tingkat Penggunaan Jasa adalah perkalian dari beberapa faktor koefisien, yaitu :
-Koefisien kelas jalan
-Koefisien status bangunan
-Koefisien tingkat bangunan
-Koefisien guna bangunan
-Koefisien kelas bangunan

DINAS PENGELOLA
Untuk mengurus IMB di wilayah DKI Jakarta dapat diajukan ke Dinas Tata Kota (DTK), Dinas Pengawasan Pembangunan Kota (DP2K), dan Badan Pertanahan Nasional (BPN). Untuk IMB sederhana dapat dilakukan di tiap-tiap kecamatan. Proses pengurusan IMB untuk rumah tinggal non real estate memakan waktu 25 hari perincian sebagai berikut :
-Surat keterangan Pengukuran Situasi Tanah (PST) selama 10 hari.
-Surat keterangan Rencana Kota (KRK) selama 5 hari.
-Surat keterangan Rencana Tata Letak Bangunan (RTLB) selama 10 hari.


Share/Bookmark Read More..

MASALAH DAN SOLUSI APLIKASI SEMEN PADA RUMAH (BAGIAN 2)


B.PROBLEMATIKA SEPUTAR CAMPURAN SEMEN
Problem dan solusi seputar takaran semen, air, pasir, dan kerikil juga tak kalah seru. Takaran yang tidak pas membuat plesteran tidak maksimal. Untuk mencegah kegagalan terus berulang berikut dipaparkan problem dan solusi yang dapat anda lakukan.
Berikut problem solving yang biasanya dialami oleh struktur sekaligus dinding rumah:
1.Semen berpori (bug holes)
Ketika bekisting dilepas dari struktur beton, ternyata tampilan beton tidak rata dan banyak lubang seperti sarang serangga. Kasus ini sering disebut dengan bug holes, hanya mempengaruhi tampilan bangunan dan tidak terlalu banyak mempengaruhi kekuatan struktur beton.
Penyebab :
Terdapat udaran yang terjebak di dalam adonan beton. Udara tersebut muncul saat proses pengadukan beton (kandungan udara normal dalam beton sebesar 2%).
Solusi :
Anda dapat menutup permukaan yang berlubang dengan lapisan semen baru sehingga tampilan lebih rata dan terlihat rapi.
Pencegahan :
-Gunakan water based mud oil (salah satu bahan aditif). Bahan tersebut dapat mengurangi bug holes ini (gunakan segera sebelum waktu 6 jam, kemudian dapat dilanjutkan untuk pengecoran).
-Tambahkan komposisi pasir pada adonan beton. Pasir akan menekan jumlah munculnya bug holes.
 
2.Pengkristalan (efflorescence)
Saat konstruksi dinding selesai muncul kristal-kristal pada permukaan dinding (di bawah lapisan cat).
Penyebab :
Fenomena ini disebabkan oleh terbawanya garam-garam yang bersifat alkali ke permukaan plesteran, beton, atau batako.
Solusi :
-Apabila lapisan cat belum rusak akibat pengkristalan, maka bersihkan dengan kain basah kemudian tunggu kering. Setelah itu permukaan cat diamplas agar pori-pori terbuka sehingga air dan garam alkali dapat mudah keluar. Setelah air dan garam tidak keluar lagi maka lakukan pengecatan ulang.
-Jika lapisan cat sudah rusak maka pengamplasan dilakukan sampai dasar. Kemudian diamkan air dan garam keluar. Setelah kering lakukan pengecatan ulang.
-Jika sudah terlanjur muncul, maka dapat digunakan acian semen biasa untuk menutupi lubang-lubang tersebut.
Pencegahan :
Dalam aplikasi dinding semen ekspos,problem ini dapat hilang dengan sendirinya. JIka dinding dengan finishing cat, Anda dapat mencegah dengan mengelap kristal-kristal hingga hilang.

3.Susut volume beton (shrinkage)
Shrinkage merupakan penyusutan volume beton saat beton mulai mongering. Berlangsung sampai 3 hari setelah proses pengecoran. Susut ini dapat menyebabkan muncul retak pada beton umumnya berupa retak rambut (lebar 1-2mm) dan bersifat non structural.
Penyebab :
-Pengadukan yang kurang baik
-Kualitas agregat yang tidak baik
-Komposisi adukan yang tidak sesuai (kandungan semen terlalu banyak dan faktor air semen yang terlalu tinggi).
Solusi :
-Memberi injeksi semen pada beton yang mengalami retak rambut.
Pencegahan :
Permasalahan ini dapat dicegah dengan penggunaan curing compound (perawat beton) setelah proses pembetonan dilakukan. Bertujuan untuk mengurangi resiko shrinkage cracking. Ada 2 jenis curing compound yang dapat anda gunakan :
-Sodium silicate based material. Mempunyai sifat meresap ke dalam beton dan mempercepat hidrasi semen pada permukaan struktur. Untuk mendapatkan hasil yang lebih sempurna dilakukan penyemprotan 1-3 hari.
-Wax based material. Berbentuk lapisan membrane pada permukaan beton yang berfungsi mengatur kecepatan evaporasi. Untuk aplikasi pada kolom balok menggunakan jenis clear curing compound.

4.Segregasi
Merupakan permasalahan yang muncul pada adonan beton ketika dilakukan pengecoran. Segregasi berbentuk adonan dengan agregat kasar terpisah dari adukan akibat campuran kurang encer.
Penyebab :
-Komposisi agregat halus dan kasar yang kurang sesuai.
-Slump (kadar air semen) yang terlalu renda.
-Komposisi campuran adonan beton yang terlalu kering dan terlalu basah.
-Terlalu lama menggunakan alat penggetar.
-Penuangan pengecoran terlalu tinggi.
Pencegahan :
Kasus segregasi dalam proses konstruksi ini sangat sulit diperbaiki, karena apabila adonan beton sudah dibuat dan terjadi segregasi maka adonan tersebut sudah tidak dapat diproses ulang kembali. Salah satu cara yang dapat dilakukan hanyalah membuat adonan baru. Pencegahan segregasi dapat dilakukan dengan 2 cara berikut :
-Komposisi campuran harus sesuai, dengan menambah slump (kadar air beton) dan kelecekan (keenceran beton).
-Apabila menggunakan mesin molen hindari perjalanan yang terlalu jauh.       
5.Bleeding
Hampir sama dengan kasus segregasi, bleeding merupakan kasus yang muncul saat pengecoran dilakukan. Namun kasus bleeding berupa melubernya air campuran ke permukaan beton setelah pengecoran dilakukan dan agregat kasar berada di bawah.
Penyebab :
Kasus ini disebabkan oleh campuran terlalu banyak air (dapat juga karena penambahan air pada saat pengecoran) dan juga komposisi agregat halus yang terlalu sedikit sehingga air dengan mudah naik ke permukaan.
Pencegahan :
-Saat sudah terjadi bleeding, maka adonan tidak dapat diperbaiki kembali. Maka langkah yang dapat diambil adalah membuat adonan baru.
-Mencampur pasir halus dengan abu batu atau pasir kasar agar campuran beton lebih bersifat kohesif.
-Melakukan penambahan jumlah semen (sesuai batas). 

(sumber : majalah idea books;rumah semen)
Share/Bookmark Read More..

MASALAH DAN SOLUSI APLIKASI SEMEN PADA RUMAH (BAGIAN 1)


Anda pasti pernah mengalami problem dalam pengaplikasian material semen baik untuk konstruksi maupun percantikan rumah. Nah, artikel ini mengulas dan mengungkap problematika seputar semen serta solusinya. Setiap problem diuraikan secara jelas. Dimulai dari penyebab, lalu solusi yang dapat Anda lakukan, dan terakhir cara mudah untuk mencegah, ditambah beberapa gambar ilustrasi.

A.PROBLEMATIKA SEPUTAR STRUKTUR DAN DINDING
Komponen struktur rumah terdiri dari pondasi, sloof, kolom, dan ringbalk, serta rangka atap. Seluruh komponen struktur tersebut harus mampu menahan beban aksial (beban dari atas) maupun beban lateral (beban dari samping) agar tetap berdiri kokoh.
Berikut problem solving yang biasanya dialami oleh struktur sekaligus dinding rumah :

1.Balok pengaku (ringbalk) melengkung
Ringbalk atau balok atas berfungsi sebagai penahan sekaligus penyalur beban lantai dan dinding di atasnya menuju kolom, dan diteruskan ke pondasi. Jika balok tersebut tidak disangga oleh dinding biasanya balok tersebut akan bereaksi; melengkung. Jika balok disangga oleh dinding beban balok akan disalurkan secara merata ke dinding, tidak dipikul sendiri.
Penyebab:
-Jarak bentangan ringbalk yang terlalu lebar dan dimensi balok terlalu kecil
-Beban rangka atap atau plat lantai yang dipikul balok atas terlalu besar.
-Pengerjaan konstruksi yang salah (campuran beton tidak berimbang, dan jarak sengkang atau pengunci tulangan baja terlalu lebar/tidak sesuai perhitungan).
Solusi:
-Memberi perkuatan berupa kolom penyangga baru di bawah ringbalk untuk memperkecil jarak bentangan yang terlalu lebar.
-Jika berupa retak rambut dapat dilakukan dengan memberi injeksi semen agar tulangan baja dalam ringbalk tidak mengalami korosi
-Jika ringbalk rusak parah, lakukan perbaikan dan perbesaran dimensi ringbalk dengan perkuatan pada bagian luar.

2.Retak kolom
Kolom berfungsi sebagai penyalur beban dinding menuju pondasi. Fungsi kolom akan sangat tergantung dari dimensi dan material yang digunakan. Dimensi dan material perlu mempertimbangkan besaran beban yang akan dipikul, baik aksial (tegak) maupun lateral (samping). Contoh pada beton bertulang, beton berfungsi menahan gaya aksial, sedangkan tulangan baja berperan untuk menahan gaya lateral. Jika terjadi retak kolom maka perhatikan dimensi dan material kolom, sudah sesuai dengan ketentuan atau belum.
Penyebab :
-Retak rambut disebabkan campuran beton yang terlalu banyak air dan gaya dari luar seperti tekanan angin dan gempa. Akan berbahaya jika retak tersebut sampai pada tulangan baja yang berpotensi menyebabkan korosi.
-Retak struktur (retak lebih dari 2mm) dapat terjadi jika kolom tidak mampu menahan beban yang berasal dari luar seperti tekanan angin dan gempa. Konstruksi yang salah juga dapat menyebabkan daya dukung kolom ikut menurun. Misalnya sambungan tulangan baja dan sengkang yang keliru, seperti jarak yang terlalu lebar, kualitas baja tidak baik, sengkang mudah lepas, dan komposisi campuran beton yang tidak sesuai.
Solusi :
-Berikan injeksi epoxy pada bagian retakan seperti halnya mengatasi retak rambut pada struktur beton.
-Untuk retak struktur lakukan pengecekan dengan bantuan ahli. Jika kondisi baik, dapat diisi cairan epoxy. Jika kolom tidak mampu lagi menahan beban, perbesar dimensi kolom sehingga mampu menahan beban.

3.Retak rambut
Retak rambut merupakan jenis retak pada dinding dengan lebar kurang dari 1mm. Biasanya retak terjadi pada lapisan utama dinding seperti plesteran, acian, dan cat tembok.
Penyebab :
-Acian terlalu tipis.
-Pengerjaan acian dilakukan saat kondisi plesteran telah mengering.
-Kualitas semen kurang baik.
-Retakan pada lapisan permukaan cat dinding disebabkan rendahnya nilai elastisitas material cat. Sehingga ketika mongering lapisan cat tersebut tidak terikat dengan sempurna antar satu sama lain.
Solusi :
-Periksa kedalaman retakan.
-Bersihkan lapisan cat dan debu yang menempel dengan scrap.
-Menutup celah dengan wall sealer, wall filler, atau dengan semen instant. Dapat menggunakan plamir hasil campuran milk dan lem bangunan.
-Lakukan pengecatan ulang dengan warna sesuai selera. Untuk mencegah dinding retak basahi permukaan plesteran dengan air hingga lembap.

4.Plesteran rontok
Jika dinding tiba-tiba mengeluarkan pasir bercampur semen, boleh jadi plesterannya rontok. Jika dibiarkan lama, dinding akan rapuh. Mudah lepas dari ikatan plesteran.
Penyebab :
-Campuran plesteran tidak tercampur secara homogen
-Kelebihan air pada adukan semen dan pasir.
-Kandungan pasir terlalu banyak. Komposisi untuk campuran semen dengan pasir berkisar pada perbandingan 1semen : 3pasir  hingga 1 : 5. Hindari perbandingan 1 : 7 karena kualitas plesteran dipastikan buruk.
-Kualitas pasir kurang baik, terlalu banyak lumpur dan mengandung bahan organik. Pasir yang baik ketika digenggam tidak menggumpal.
-Pengerjaan plesteran saat kondisi dinding yang sudah kering.
Solusi :
-Membongkar dan mengganti seluruh plesteran dinding yang rontok dengan plesteran baru dengan komposisi yang benar.
-Jika dana terbatas, perbaikan dilakukan hanya pada bagian yang telah rusak dan berpotensi rontok saja Resiko perbaikan sebagian adalah tampilan dinding yang terlihat belang.
-Lakukan pengawasan yang ketat mengenai takaran dan proses pencampuran.
-Siram dinding dengan air sebelum member plesteran. Air membuat dinding lebih dingin dan suhu panas akibat konveksi berkurang.

5.Dinding rembes
Jika hujan, dinding yang tidak prima cepat rusak. Air akan merembes ke dalam dinding. Dampaknya, dinding seperti basah atau dikenal dengan sebutan ngompol.
Penyebab :
-Ada aliran air dalam dinding yang berasal dari air hujan.
-Tingkat kelembaban yang tinggi di sekitar dinding. Ruang yang terselubungi oleh area basah dan berair, seperti kamar mandi.
-Proses pengacian yang belum kering juga dapat mengakibatkan terjadinya dinding rembes. Proses keringnya acian berkisar 4-7 hari setelah pengacian.
Solusi :
-Mencari sumber rembesan pada dinding tersebut. Rembesan dapat berasal dari dindin luar dan berhubungan dengan air.
-Jika rembesan berasal dari retakan dinding, maka retakan itu harus ditutup dengan menggunakan semen instan atau bahan aditif lain.
-Setelah retakan tertutup, berikan lapisan waterproof untuk mencegah air merembes.
Pencegahan :
-Komposisi campuran semen yang harus sesuai. Untuk kedap air, menggunakan campuran 1:2 dengan campuran air yang tidak berlebihan atau kekurangan.
-Sebagai pencegahan, gunakan lapisan waterproof atau damproof (lembab).
-Tutup dan berikan waterproof pada bagian dinding yang berpotensi “memasukkan air” (perbatasan dinding dengan atap, celah finishing batu alam)



Share/Bookmark Read More..

DESAIN RUMAH TYPE BESAR DI KAVLING HOOK

Desain rumah ini berlokasi di wilayah Bogor, di dalam perumahan dengan letak pada kavling hook yang cukup luas. Adapun karakter bangunan yang diminta adalah modern tropis minimalis dengan pemakaian atap limasan dan kanopi beton yang cukup lebar.
denah bangunan

tampak

perspektif 1

perspektif 2



Share/Bookmark Read More..

IDE DESAIN GASEBO

Pergola jika di Indonesia berarti semacam pondok kecil atau "bale-bale" (bali), yang biasanya diletakkan di pekarangan rumah baik itu di depan atau di belakang. Pergola merupakan fungsi tambahan untuk mewadahi kegiatan dalam suatu keluarga sebagai tempat untuk bersantai, ngobrol, tiduran, penutup carport/garasi terbuka, pondokan kecil di atas atap beton ataupun fungsi lain sesuai kebutuhan. Berikut beberapa contoh desain Pergola terutama yang dibuat dari konstruksi kayu.




































Share/Bookmark Read More..

IDE DESAIN POND (KOLAM MINI)

Lahan sisa di pekarangan depan rumah kadang sayang kalau tidak diolah menjadi elemen atau bagian dari rumah yang bisa mempercantik rumah, selain itu juga punya manfaat lain termasuk manfaat secara ekonomi. Selain taman bisa juga dengan membuat "Pond" (kolam mini), baik diisi ikan ataupun tanpa diisi ikan tergantung selera dan kebutuhan pemilik rumah. Berikut adalah beberapa contoh desai Pond yang semoga bisa dijadikan referensi bagi Anda.

desain 1

desain 2

desain 3

desain 4

Share/Bookmark Read More..

TANAMAN BERKHASIAT OBAT SEBAGAI ELEMEN TAMAN

Pada artikel kali ini secara khusus memberikan informasi tentang pertamanan dimana tanaman yang memiliki khasiat obat ternyata juga bisa ditata secara estetis sebagai bagian dari taman rumah.

Tanaman berkhasiat obat, apapun kandungan berkhasiat yang ada di dalamnya, adalah juga tanaman yang memiliki bentuk dan karakter khusus. Mereka memiliki potensi menjadi elemen taman yang unik.

Di pekarangan rumah, tanaman obat bisa menjadi elemen taman sebagaimana tanaman yang lain. Masing-masing mempunyai karakter khusus. Ada yang tinggi menyerupai pohon, ada yang semak, penutup tanah dan beberapa sebagai tanaman memanjat (climbing plant). Sama halnya dengan tanaman hias, tanaman merambat dan memanjat bisa digunakan sebagai pergola maupun arches yang menarik. Sebut saja sirih merah (piper crocatum) dengan daun berkilauan dan berwarna merah. Tanaman yang ditanam hendaknya memang dibutuhkan dalam keseharian. Karena jika sekedar berkhasiat obat saja lama-lama bisa bosan. Kecuali memang berniat untuk koleksi dan pekarangan yang dimiliki cukup luas. Misal ada anggota keluarga yang terkena darah tinggi dan ambeien, maka menanam sambung nyawa sangat bermanfaat. Pemanfaatannyapun praktis, cukup dipetik sebagai lalap. Bila menanam sendiri, maka tanaman lebih segar dan tidak mengandung pestisida, jadi aman kan?.... Dalam hal penataan, tanaman berkhasiat obat juga tetap bisa diperlakukan sebagai elemen taman. Warna, tekstur, struktur dan bentuk daun menjadi dasar peletakan masing-masing elemen. Dari beragam tanaman obat yang ada, di sini diperkenalkan ragam tanaman obat yang berbentuk semak dan penutup tanah. Bentuk ini bisa disisipkan di antara tanaman hias lain dan menjadi elemen taman. Mudah dirawat dan mudah dibiakkan. Contohnya kita lihat berikut ini.


Baru Cina
1.Baru Cina (Artemisia Vulgaris) Tanaman ini tumbuh liar, daunnya menyerupai daun krisan. Manfaatnya untuk membersihkan dan menghangatkan tubuh bagi ibu yang habis melahirkan. Pemakaian secara langsung, bisa dicampur untuk menggoreng telur. Bisa ditanam sebagai border maupun tanaman pot karena bentuk daun yang menarik.

2. Cakar Ayam      3. Daruju
2.Cakar Ayam (Selaginella Doederleinii) Menghendaki empat lembab dan tak terkena sinar matahari langsung, sebagaimana syarat hidup tumbuhan paku (divisi Pteridophyta). Berkhasiat untuk menghentikan demam, pendarahanm sesak napas, radang paru, keputihan, dsb. Di taman, bisa difungsikan sebagai penutup tanah.
3.Daruju (Acanthus Ilicifolius) Keluarga Acanthaceae, yang akarnya banyak digunakan untuk obat cacing. Tanaman dengan daun runcing, kaku dan berbunga ungu dan putih. Ide menarik jika dijadikan tanaman pot. Potongan daun bisa digunakan sebagai kran Natal, menggantikan daun ilex.


4. Ingu
4.Ingu ( Ruta Angustifolia) Daunnya kecil-kecil berwarna kebiruan, menarik jika ditanam sebagai tanaman pot maupun langsung ditanam di tanah. Warna kebiruan ini akan muncul ketika ditanam di tempat yang sejuk. Bunganya berwarna kuning dengan 5 helai mahkota. Keluarga Rutaceae (jeruk-jerukan) dimanfaatkan sebagai pereda kejang, anti demam dan antibengkak.

5. Gondola

5.Gondola (Basella Rubra) Tumbuh memanjat dengan batang berwarna ungu. Daunnya lunak dengan bunga kecil-kecil berwarna putih. Dimanfaatkan untuk menurunkan tekanan darah dengan cara direbus maupun dikonsumsi sebagai sayur. Gondola kerap ditanam sebagai pergola maupun tanaman pagar.

6.Komfrey  7.Beluntas  8. Kemangi
6.Komfrey (Symphytum Officinale) Komfrey bermanfaat untuk terapi tulang (arthritis), terutama pemulihan setelah patah tulang hingga menyembuhkan kanker. Berupa tumbuhan pendek, tingginya tak lebih dari 20-30 cm. Permukaan daun kasar biasanya ditanam sebagai tanaman pot.
7.Beluntas (Pluchea Indica) Fungsinya sama dengan daun kemangi, sebagai pengharum badan. Dikonsumsi langsung (lalap) atau sebagai campuran untuk menggoreng telur. Dibiakkan dengan stek batang, berfungsi sebagai tanaman pagar.

8.Kemangi (Ocimium Basilicana) Populer sebagai lalapan, maupun bumbu masak. Aroma daunnya harum, karenanya dimanfaatkan untuk mengharumkan badan. Caranya cukup dengan mengkonsumsi bersama dengan makanan lain. Tumbuh sebagai semak, dibiakkan dengan biji. Ditanam sebagai tanaman pengisi taman maupun tanaman pagar.
9. Urang-aring
9.Urang-aring (Aclipta Alba) Digunakan secara turun temurun sebagai penghitam, pelebat rambut, mencegah rambut rontok hingga menurunkan tekanan darah. Tanaman ini terkenal sebagai false daisy, karena bunganya mirip dengan bunga krisan (yang umum disebut daisy). Satu keluarga dengan krisan yaitu Asteraceae.

10. Sirih Merah
10.Sirih Merah ( Piper Crocatum) Tanaman tumbuh menjalar dan memanjat sebagai keluarga sirih yang lain. Manfaatnya beragam, dari mulai antiseptic, penurun tekanan darah hingga antikanker. Sirih merah awalnya populer sebagai tanaman hias karena daunnya merah dan mengkilap.Kini sudah diproduksi kapsulnya. 
11. Som Jawa
11.Som Jawa (Talinum Paniculata) Daunnya dan batangnya lunak dengan bunga warna pink. Sudah lama digunakan sebagai tanaman hias, di pot maupun sebagai tanaman pengisi. Bisa ditemui di pasar swalayan, pucuk daunnya dikemas sebagai sayur. Akarnya dipercaya menambah stamina sebagaimana ginseng. Sumber: majalah garden
Share/Bookmark Read More..

RAB (RENCANA ANGGARAN BIAYA)

Apakah RAB itu? RAB adalah kepanjangan dari Rencana Anggaran Biaya. Dalam hal ini berkaitan dengan upaya untuk merencanakan dana yang kita gunakan dalam membangun bangunan. Ini mutlak diperlukan untuk memulai suatu kegiatan membangun.  

Apa sajakah yang terdapat dalam RAB ? Pada prinsipnya yang terdapat adalah analisa, harga satuan, rincian pekerjaan dan biaya serta rekapitulasi anggaran. 

1. Analisa, merupakan hasil analisa yang berupa jumlah material atau upah dalam suatu jenis pekerjaan. Misal setiap satu meter persegi dinding bata memerlukan kurang lebih 70 buah batu bata ukuran standart, pasir kurang lebih 0,03 meter kubik, semen kurang lebih 0,2 zak 40 kg dan upah seorang pekerja selama 0,3 hari. 2. Harga satuan, merupakan harga material dan harga upah pekerja saat ini. 
3. Rincian pekerjaan, meliputi semua pekerjaan yang akan dikerjakan dalam membangun. Rincian ini biasanya dimulai dengan persiapan, pekerjaan pondasi, pekerjaan struktur, pekerjaan kusen dan jendela, pekerjaan atap, pekerjaan listrik, sanitair, sampai pekerjaan finishing. Harus dipahami dan dicermati untuk rincian tiap pekerjaan. 
4. Rekapitulasi anggaran. Merupakan jumlah harga yang terdiri dari tiap rincian pekerjaan. Total keseluruhan merupakan rencana biaya anggaran untuk pekerjaan bangunan. RAB berperan penting sebagai cek dan panduan dalam memulai pekerjaan dari awal hingga akhir sekaligus melihat kebutuhan keseluruhan dana yang diperlukan dalam mengerjakan suatu bangunan. 

RAB berperan penting sebagai cek dan panduan dalam memulai pekerjaan dari awal hingga akhir sekaligus melihat kebutuhan keseluruhan dana yang diperlukan dalam mengerjakan suatu bangunan.
Share/Bookmark Read More..

Desain Rumah Kos, Semarang


tampak sequence pintu masuk,teras memakai grassblock














tampak muka 1, dinding pagar batako selang seling dengan celah














tampak muka 2,kombinasi warna abu2 dengan aksentuasi hijau













view 1
desain rumah kos kotak hitam putih


Share/Bookmark Read More..

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Kegiatan Membangun Rumah Sendiri

Banyak yang belum mengetahui bahwa atas kegiatannya dalam membangun rumah atau tempat usaha yang dilakukan sendiri, maka akan dikenakan Pajak Pertambahan Nilai. Sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan Kegiatan Membangun Sendiri ? Menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 320/KMK.02/2002 Kegiatan Membangun Sendiri adalah kegiatan membangun sendiri bangunan yang diperuntukkan bagi tempat tinggal atau tempat usaha dengan luas bangunan 200 m2 (dua ratus meter persegi) atau lebih dan bersifat permanen.
Dengan PMk-39/PMK.03/2010, kegiatan membangun sendiri adalah kegiatan membangun bangunan yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain. Dengan luas bangunan paling sedikit 300 m2.
Apa syarat Kegiatan Membangun Sendiri yang dikenakan PPN?
1. dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya;
2. bangunan yang diperuntukkan bagi tempat tinggal termasuk fasilitas penunjang,
3. dalam hal diperuntukkan sebagai tempat usaha termasuk semua fasilitas penunjang;
4. sebelum 1 Juli 2002 : luas bangunan 400 m2 atau lebih,
5. sejak 1 Juli 2002 : luas bangunan 200m2 atau lebih;
6. sejak 1 April 2010 : luas bangunan 300 m2 atau lebih
Berapa Besar Pajak yang harus dibayar ?
Pajak Pertambahan Nilai yang harus disetor adalah 10% X 40% X semua biaya yang dikeluarkan untuk membangun bangunan tersebut, tapi tidak termasuk harga perolehan tanahnya. (Atau, untuk gampang hitungannya adalah 4% dari nilai Anggaran yang dikeluarkan)
Misal : Biaya yang dikeluarkan adalah  500 juta rupiah, maka  pajak yang harus dibayarkan adalah 20 juta rupiah.
Ingat, Anda hanya terkena PPN ini jika membangun seluas lebih dari 300 m2 (mulai 1 April 2010), jadi tak perlu membayar pajak ini jika bangunan yang Anda buat kurang dari 300 m2.
Share/Bookmark Read More..

Renovasi Sendiri? Siapa Takut..

Ingin merenovasi rumah atau kantor sendiri? Sebenarnya hal ini membuat kita sedikit was-was. Yang namanya renovasi, tentu membutuhkan banyak pengorbanan. Korban waktu, tempat, tentu saja korban uang. Tapi, jika Anda sudah mempersiapkan semuanya, maka hal ini bisa diatasi dengan mudah.
Pada intinya, orang merenovasi bangunan karena bangunan itu sudah sebagian rusak, atau rusak total. Bisa juga karena ada pengembangan bangunan, misal rumah yang kini sudah dihuni anak-anak yang semakin dewasa, sehingga membutuhkan ruang kamar terpisah satu sama lain.
Ingin renovasi murah? lakukan sendiri saja.. ini beberapa hal yang bisa di ambil :
  1. Tulis/gambar sket saja keinginan, model, bentuk atau desain bangunan tambahan yang Anda inginkan. Jika Anda awam, tak perlu ragu, asal tulis dan gambar sket dulu.
  2. Siapkan dana untuk renovasi bangunan Anda. Angka kasaran biaya bangunan 2jt-2,5jt/m2 bangunan. Bisa lebih murah atau mahal tergantung material Anda nantinya. Dana disini juga untuk membayar IMB, biaya administrasi dll.
  3. Pilih Mandor atau Tukang pribadi yang benar-benar Anda percayai dan memiliki kemampuan dan anak buah tukang yang berpengalaman. Hal ini penting, apalagi jika Anda tidak sempat membeli material dan Anda harus pasrahkan beli material kepada tukang Anda. Jika salah pilih mandor, malah uang untuk renovasi bisa habis oleh si Mandor ini.
  4. Selalu cek antara material dan kebutuhan yang diperlukan. Sekali-kali boleh cek harga disetiap toko material di kota Anda. Anda konsumen mereka. Anda adalah raja. ok?
  5. Jika Anda tidak ada waktu, Carilah Konsultan Bangunan yang bisa Anda pakai sewaktu-waktu. Konsultan bangunan mampu memberi Anda petunjuk memilih material murah/mahal, tukang berpengalaman/tidak. Jasa konsultan bangunan cukup terjangkau. Nego saja, harga tergantung besar kecil renovasi. Dari sini, Anda bisa mendapatkan timbal balik, ide dan informasi dari Sang Konsultan yang tidak mungkin menyesatkan. Kecuali memang sang konsultan berniat tidak baik. Karena itu pilihlah yang dapat dipercaya. Pengalaman menjadi faktor penting.
Anda butuh Konsultan Bangunan? Kami siap bantu. Anda bisa membangun sendiri dengan biaya lebih murah tentunya.
Share/Bookmark Read More..

ESTETIKA ARSITEKTUR BALI

Arsitektur tradisional Bali adalah suatu karya arsitektur yang banyak melibatkan berbagai disiplin ilmu tradisional Bali, seperti agama, kosmologi, filosofi, sikap hidup, dan alam lingkungan. Hal ini dapat ditemukan pada tulisan-tulisan lontar yang dikenal dengan sebutan Asta Kosali, Asta Bhumi, Asta Patali, Sikunting Umah, Giwakarma dan sebagainya.

Pada umumnya estetika karya arsitektur diartikan sebagai keindahan unsur seni (rupa) yang terdapat dalam karya tersebut. Khusus di Bali, bangunan-bangunan yang memakai pola arsitektur tradisional, estetikanya terdapat pada tiga hal sebagai berikut:

ESTETIKA BANGUNAN
Umumnya diartikan sebagai keindahan suatu bangunan yang tidak khusus dibuat dan direncanakan untuk maksud seni, tetapi lebih ditekankan pada fungsi dan bentuknya.
Keindahannya sangat didukung oleh bahan yang digunakan, proporsi dan dimensinya yang ditata dengan pola tri angga (kepala, badan, kaki) yang diterjemahkan ke dalam bentuk atap, dinding dan lantai, sedangkan dimensinya menggunakan skala manusiawi.

ESTETIKA STRUKTURAL

Unsur keindahan yang bersifat structural seringkali disebut “ornamen aktif”, karena struktur bangunan ini juga mendukung struktur bangunan secara konstruktif. Kerangka konstruksi bangunan mampu memberikan keindahan interior yang alamiah. Keindahan struktur banguna tradisional Bali dapat dilihat antara lain pada tugeh atau penyangga atap. Tugeh biasanya diberi bentuk hiasan yang berasal dari jenis bunga-bungaan (patra/pepatraan).
elemen arsitektur bali

Canggah wang adalah konstruksi yang letaknya menyilang dan menyangga konstruki balok mendatar (lambang) dengan tiang vertikal (saka). Umumnya ditampilkan dalam bentuk hiasan sederhana berbentuk patra. Saka merupakan bagian utama dari struktur bangunan sebagai pendukung beban bagian atas. Pada saka ini biasanya ditambahkan suatu bentuk hiasan kekupakan.

ESTETIKA ORNAMENTAL
Bangunan-bangunan tradisional Bali umumnya menerapkan berbagai bentuk ornamen sebagai pencerminan dalam seni bangunannya. Estetika ornamental tersebut ditampilkan dalam bentuk tata nilai dan sifat ornament. Kemudian penempatannya disesuaikan dengan tata nilai ornament bangunan.


Bentuk-bentuk ornamen yang dipakai ada yang disebut pepatraan atau patra, merupakan stiliran dari bentuk tumbuh-tumbuhan atau bunga-bungaan. Kekarangan merupakan hiasan stiliran dari bentuk binatang seperti karang goak, karang asti, dan sebagainya. Ornamen-ornamen lainnya yang berbentuk lebih sederhana, bahkan hanya memperlihatkan kesan bentuk saja adalah keketusan, pepalihan, kekupakan dan lelengisan.


Share/Bookmark Read More..

PENGARUH PENGHIJAUAN PADA ATAP BANGUNAN


Penghijauan pada hunian atau bangunan (berlantai banyak) sebetulnya memiliki keuntungan yang bisa diukur secara kuantitatif, berupa keuntungan financial dan secara kualitatif berupa keuntungan dari aspek lingkungan, social, dan estetika (keindahan).
Pengaruh-pengaruh tersebut antara lain:

PENURUNAN SUHU
Material atap pada bangunan biasanya terbuat dari material yang keras dan berwarna gelap dengan nilai albedo yang rendah (nilai pemantul/reflektivitas yang rendah). Hal ini turut menyumbang naiknya suhu di perkotaan (efek pulau pemanasan perkotaan), di mana suhu di kota lebih tinggi disbanding di daerah pinggiran. Dampak dari kenaikan suhu perkotaan yaitu pemanasan global dan pemborosan penggunaan energi.
Penghijauan dapat mengurangi efek kanopi kabut/asap di atas lingkungan kota secara langsung dengan cara membayangi area yang menyerap panas, dan secara tidak langsung  melalui pendinginan secara evapotranspirasi (evapo-transpirational cooling), selain itu mengurangi panas akibat pemantulan kembali radiasi (re-radiation). Hanya sekitar 20% dari energy surya yang jatuh pada permukaan daun pada pohon akan dipantulkan kembali. 


 Sebatang pohon dapat melakukan proses evapo-transpirasi sebanyak 151,4 liter air/hari, Jumlah ini setara dengan memindahkan kalor panas yang dihasilkan oleh seratus buah lampu 100 w yang dinyalakan selama 8 jam/hari.
Jadi, keuntungan yang didapatkan dari tanaman pada atap bangunan adalah penurunan suhu permukaan dan udara, pengurangan jumlah radiasi sinar matahari yang diserap oleh atap, dan pengurangan panas yang diterima oleh atap

MEMPERBAIKI KUALITAS UDARA
Atap bertanaman dapat memperbaiki kualitas udara secara langsung dengan cara menyaring partikel yang berterbangan di udara dengan daun dan dahannya.
Meningkatnya suhu udara di atas permukaan atap turut mempengaruhi reaksi kimiawi yang menyebabkan rendahnya kandungan ozon di udara, di mana kondisi ini faktor terpenting dalam pembentukan polusi. Dengan demikian, dengan menjaga suhu udara tetap rendah, penghijauan pada atap bangunan dapat meningkatkan kualitas udara melalui pembentukan ozon.
Sistem atap bertanaman dapat menyaring kandungan logam berat dan zat berbahaya lainnya dari air hujan, melalui mekanisme penyaringan alami tergantung pada jenis tanaman dan ketebalan lapisan tanah yang dipergunakan pada atap bertanaman.



MEMPERBAIKI PENYERAPAN AIR HUJAN
Salah satu cara praktis untuk mengendalikan air limpahan (run off) di daerah perkotaan yaitu menggunakan atap bertanaman karena kemampuannya untuk menyimpan air hujan. Dari aspek lingkungan, hal ini berarti berpengaruh positif seperti berkurangnya kontaminasi permukaan dari air hujan, mengurangi erosi tanah dan meningkatkan kehidupan tanaman dan makhluk hidup lain (hewan).


 

Beberapa perkecualian pada iklim tropis dapat mempengaruhi penyerapan air oleh atap bertanaman. Pertama, seringnya hujan lebat dapat mengakibatkan terjadinya erosi pada atap bertanaman yang baru dibangun dan proses pelarutan tanah akan berlangsung lebih cepat. Kedua, kondisi suhu udara harian di daerah tropis menyebabkan tingginya proses penguapan dan pembentukan biomassa, dengan demikian menaikkan tingkat penyerapan airnya.

PENGURANGAN KARBON DIOKSIDA DAN PENINGKATAN JUMLAH OKSIGEN
Tanaman dapat menyerap karbon dioksida dan melepaskan oksigen ke udara dalam proses fotosintesis. Oleh karena itu, kestabilan dari komposisi udara akan turut terjaga oleh tanaman.
Lewat proses fotosintesis, area tanaman seluas 155m2 dapat menghasilkan cukup oksigen untuk satu orang selama 24 jam. 


Sebatang pohon yang besar dapat menghasilkan cukup oksigen untuk 10 orang setiap jam.
Kemampuan atap berpenghijauan pada bangunan bertingkat terbukti dapat mengurangi jumlah energy yang dibutuhkan untuk penyejukan udara, dan secara tidak langsung akan mengurangi emisi (buangan) karbondioksida dari mesin pembangkit listrik.

PENGURANGAN KEBISINGAN
Atap bertanaman dapat mengurangi tingkat kebisingan hingga 50 dB (decibel). Lapisan tanah setebal 12-20 cm dapat mengurangi tingkat kebisingan hingga 40-46 dB. Lapisan tanah cenderung untuk meredam frekuensi rendah sedangkan pepohonan meredam frekuensi yang tinggi.

Kemampuan atap bertanaman meredam kebisingan sangat dipengaruhi oleh berat lapisan tanah (substratnya dan tingkat kebocoran suara melalui lubang atap lainnya seperti skylight, atrium, dan sebagainya.

(sumber: buku Atap bertanaman ekologis dan fungsional, Henry Feriadi dan Heinz Frick)



Share/Bookmark Read More..

Kumpulan SNI Bangunan Gedung


sni-7394-20083perhitunganhargasatuanbeton

SNI PerencanaanKetahananGempaUntukStrukturBangunanGedung

SNI3434-2008perhitunganhargasatuanpekerjaankayu

SNIperencanaanstrukturKayu2002


SNI_03_6481_2000sistemplambing

SNI_03_6572_2001perancangansistemventilasi

SNI_03_1735_2000perencanaanaksesbahayakebakaran

SNI_03_1746_2000saranaakseskeluarbahayakebakaran

SNI_03_6571_2001sistempengendalianasap

SNI_03_1745_2000perencanaanninstalasipipategak


SNI 7392_2008 Tata cara perencanaan dan pelaksanaan bangunan gedung menggunakan panel jaring kawat baja tiga dimensi (PJKB-3D) las pabrikan


SNI 2835_2008 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

SNI 2839_2008 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan langit-langit untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

SNI 7393_2008 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan besi dan aluminium untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

SNI 2836_2008 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

SNI 6897_2008 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan dinding untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

SNI 7395_2008 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan penutup lantai dan dinding untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

SNI 2837_2008 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan plesteran untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan
  
SNI 03-7014.1-2004 Proteksi bangunan terhadap petir - Bagian 1 Prinsip umum

SNI 03-7011-2004 Keselamatan pada bangunan fasilitas pelayanan kesehatan

SNI 03-7014.1-2004 Proteksi bangunan terhadap petir - Bagian 1 Prinsip umum

SNI 03-7015-2004 Sistem proteksi petir pada bangunan gedung


Share/Bookmark Read More..

About Indonesian Architecture

Indonesian architecture reflects the diversity of cultural, historical and geographic influences that have shaped Indonesia as a whole. Invaders, colonisers, missionaries, merchants and traders brought cultural changes that had a profound effect on building styles and techniques. Traditionally, the most significant foreign influence has been Indian. However, Chinese, Arab—and since the 18th and 19th centuries—European influences have been important.

Contents

[hide]

[edit] Religious architecture

The Prambanan temple complex
Although religious architecture has been widespread in Indonesia, the most significant was developed in Java. The island's long tradition of religious syncretism extended to architecture, which fostered uniquely Javanese styles of Hindu, Buddhist, Islamic, and to a lesser extent, Christian architecture.
A number of often large and sophisticated religious structures (known as candi in Indonesian) were built in Java during the peak of Indonesia's great Hindu-Buddhist kingdoms between the 8th and 14th centuries. The earliest surviving Hindu temples in Java are at the Dieng Plateau. Thought to have originally numbered as many as 400, only 8 remain today. The Dieng structures were small and relatively plain, but architecture developed substantially and just 100 years later the second Kingdom of Mataram built the Prambanan complex near Yogyakarta; considered the largest and finest example of Hindu architecture in Java. The World Heritage-listed Buddhist monument Borobudur was built by the Sailendra Dynasty between 750 and 850 AD, but it was abandoned shortly after its completion as a result of the decline of Buddhism and a shift of power to eastern Java. The monument contains a vast number of intricate carvings that tell a story as one moves through to the upper levels, metaphorically reaching enlightenment. With the decline of the Mataram Kingdom, eastern Java became the focus of religious architecture with an exuberant style reflecting Shaivist, Buddhist and Javanese influences; a fusion that was characteristic of religion throughout Java.
"Grand Mosque" of Yogyakarta shows javanese interpretation and took Hindu heritage of Meru stepped roofs.
Although brick was used to some extent during Indonesia's classical era, it was the Majapahit builders who mastered it, using a mortar of vine sap and palm sugar. The temples of Majaphit have a strong geometrical quality with a sense of verticality achieved through the use of numerous horizontal lines often with an almost art-deco sense of streamlining and proportion. Majapahit influencess can be seen today in the enormous number of Hindu temples of varying sizes spread throughout Bali (see gallery below). Several significant temples can be found in every village, and shrines, even small temples found in most family homes. Although they have elements in common with global Hindu styles, they are of a style largely unique to Bali and owe much to the Majapahit era.
By the fifteenth century, Islam had become the dominant religion in Java and Sumatra, Indonesia's two most populous islands. As with Hinduism and Buddhism before it, the new religion, and the foreign influences that accompanied it, were absorbed and reinterpreted, with mosques given a unique Indonesian/Javanese interpretation. At the time, Javanese mosques took many design cues from Hindu, Buddhist, and even Chinese architectural influences (see image of "Grand Mosque" in Yogyakarta). They lacked, for example, the ubiquitous Islamic dome which did not appear in Indonesia until the 19th century, but had tall timber, multi-level roofs not that dissimilar to the pagodas of Balinese Hindu temples still common today. A number of significant early mosques survive, particularly along the north coast of Java. These include the Mesjid Agung in Demak, built in 1474, and the Al-Manar Mosque in Kudus (1549) whose menara ("minaret") is thought to be the watch tower of an earlier Hindu temple. Javanese mosque styles in turn influenced the architectural styles of mosques among its neighbors, among other the mosques in Kalimantan, Sumatra, Maluku, and also neighboring Malaysia, Brunei and the southern Philippines. Sultan Suriansyah Mosque in Banjarmasin and Kampung Hulu Mosque in Malacca for example displaying Javanese influence.
In 19th century, the sultanates of Indonesian archipelago began to adopt and absorb foreign influences of Islamic architecture, as alternative to Javanese style already popular in the archipelago. The Indo-Islamic and Moorish style are particularly favoured by Aceh Sultanate and Deli Sultanate, as displayed in Banda Aceh Baiturrahman Grand Mosque built in 1881, and Medan Grand Mosque built in 1906. Particularly during the decades since Indonesian independence, mosques have tended to be built in styles more consistent with global Islamic styles, which mirrors the trend in Indonesia towards more orthodox practice of Islam.

[edit] Traditional vernacular architecture

An avenue of houses in a Torajan village
Rumah adat are the distinctive style of traditional housing unique to each ethnic group in Indonesia. Despite this the diversity of styles, built by peoples with a common Austronesian ancestry, traditional homes of Indonesia share a number of characteristics such as timber construction, varied and elaborate roof structures, and pile and beam construction that take the load straight to the ground. These houses are at the centre of a web of customs, social relations, traditional laws, taboos, myths and religions that bind the villagers together. The house provides the main focus for the family and its community, and is the point of departure for many activities of its residents. Traditional Indonesian homes are not architect designed, rather villagers build their own homes, or a community will pool their resources for a structure built under the direction of a master builder and/or a carpenter.
Traditional house in Nias; its post, beam and lintel construction with flexible nail-less joints, and non-load bearing walls are typical of rumah adat
The norm is for a post, beam and lintel structural system with either wooden or bamboo walls that are non-load bearing. Traditionally, rather than nails, mortis and tenon joints and wooden pegs are used. Natural materials - timber, bamboo, thatch and fibre - make up rumah adat. Hardwood is generally used for piles and a combination of soft and hard wood is used for the house's upper non-load bearing walls, and are often made of lighter wood or thatch. The thatch material can be coconut and sugar palm leaves, alang alang grass and rice straw.
Traditional dwellings have developed to respond to natural environmental conditions, particularly Indonesia's hot and wet monsoonal climate. As is common throughout South East Asia and the South West Pacific, Indonesian traditional vernacular homes are built on stilts (with the notable exceptions of Java and Bali). A raised floor serves a number of purposes: it allows breeze to moderate the hot tropical temperatures; it elevates the dwelling above stormwater runoff and mud; allows houses to be built on rivers and wetland margins; keeps people, goods and food from dampness and moisture; lifts living quarters above malaria-carrying mosquitos; and the house is much less affected by dry rot and termites.
A traditional Batak house in North Sumatra
A fishing village of pile houses in the Riau archipelago
Many forms of rumah adat have walls that are dwarfed in size by large roof—often of saddle shape—which are supported independently by sturdy piles. Over all traditional styles, sharply inclined allowing tropical rain downpours to quickly sheet off, and large overhanging eaves keep water out of the house and provide shade in the heat. The houses of the Batak people in Sumatra and the Toraja people in Sulawesi (tongkonan houses) are noted for their stilted boat-shapes with great upsweeping ridge ends. In hot and humid low-lying coastal regions, homes can have many windows providing good cross-ventilation, whereas in cooler mountainous interior areas, homes often have a vast roof and few windows.
Some of the more significant and distinctive rumah adat include:
  • Batak architecture (North Sumatra) includes the boat-shaped jabu homes of the Toba Batak people, with dominating carved gables and dramatic oversized roof, and are based on an ancient Dong-Son model.
  • The Minangkabau of West Sumatra build the rumah gadang, distinctive for their multiple gables with dramatically upsweeping ridge ends.
  • The homes of Nias peoples include the omo sebua chiefs' houses built on massive ironwood pillars with towering roofs. Not only are they almost impregnable to attack in former tribal warfare, but flexible nail-less construction provide proven earthquake durability.
  • The Riau region is characterised by villages built on stilts over waterways.
  • Unlike most South East Asian vernacular homes, Javanese rumah adat are not built on piles, and have become the Indonesian vernacular style most influenced by European architectural elements.
  • The Bubungan Tinggi, with their steeply pitched roofs, are the large homes of Banjarese royalty and aristocrats in South Kalimantan.
  • Traditional Balinese homes are a collection of individual, largely open structures (including separate structures for the kitchen, sleeping areas, bathing areas and shrine) within a high-walled garden compound.
  • The Sasak people of Lombok build lumbung, pile-built bonnet-roofed rice barns, that are often more distinctive and elaborate than their houses.
  • Dayak people traditionally live in communal longhouses that are built on piles. The houses can exceed 300 m in length, in some cases forming a whole village.
  • The Toraja of the Sulawesi highlands are renowned for their tongkonan, houses built on piles and dwarfed by massive exaggerated-pitch saddle roofs.
  • Rumah adat on Sumba have distinctive thatched "high hat" roofs and are wrapped with sheltered verandahs.
  • The Dani of Papua live in small family compounds composed of several circular huts known as honay with thatched dome roofs.

[edit] Palace architecture

Sultan palace in Yogyakarta
Istana (or "palace") architecture of the various kingdoms and realms of Indonesia, is more often than not based on the vernacular adat domestic styles of the area. Royal courts, however, were able to develop much grander and elaborate versions of this traditional architecture. In the Javanese Kraton, for example, large penodopos of the joglo roof form with tumpang sari ornamentation are elaborate but based on common Javanese forms, while the omo sebua ("chief's house") in Bawomataluo, Nias is an enlarged version of the homes in the village, the palaces of the Balinese such as the Puri Agung in Gianyar use the traditional bale form, and the Pagaruyung Palace is a 3-storey version of the Minangkabau Rumah Gadang.
Similar to trends in domestic architecture, the last two centuries have seen the use of European elements in combination with traditional elements, albeit at a far more sophisticated and opulent level compared to domestic homes.
In the Javanese palaces the pendopo is the tallest and largest hall within a complex. As the place where the ruler sits, it is the focus of ceremonial occasions, and usually has prohibitions on access to this space.

[edit] Colonial architecture

Javanese and neo-classical Indo-European hybrid villa. Note the Javanese roof form and general similarities with the Javanese cottage (pictured in gallery).
The 16th and 17th centuries saw the arrival of European powers in Indonesia who used masonry for much of their construction. Previously timber and its by-products had been almost exclusively used in Indonesia, with the exception of some major religious and palace architecture. One of the first major Dutch settlements was Batavia (later Jakarta) which in the 17th and 18th centuries was a fortified brick and masonry city.
For almost two centuries, the colonialists did little to adapt their European architectural habits to the tropical climate. In Batavia, for example, they constructed canals through its low-lying terrain, which were fronted by small-windowed and poorly ventilated row houses, mostly in a Chinese-Dutch hybrid style. The canals became dumping grounds for noxious waste and sewage and an ideal breeding ground for the anopheles mosquitos, with malaria and dysentery becoming rife throughout the Dutch East Indies colonial capital.
Ceremonial Hall, Bandung Institute of Technology, Bandung, by architect Henri Maclaine-Pont
Although row houses, canals and enclosed solid walls were first thought as protection against tropical diseases coming from tropical air, years later the Dutch learnt to adapt their architectural style with local building features (long eaves, verandahs, porticos, large windows and ventilation openings).[1] The Indo-European hybrid villas of the 19th century would be among the first colonial buildings to incorporate Indonesian architectural elements and attempt adapting to the climate. The basic form, such as the longitudinal organisation of spaces and use of joglo and limasan roof structures, was Javanese, but it incorporated European decorative elements such as neo-classical columns around deep verandahs. Whereas the Indo-European homes were essentially Indonesian houses with European trim, by the early 20th century, the trend was for modernist influences—such as art-deco—being expressed in essentially European buildings with Indonesian trim (such as the pictured home's high-pitched roofs with Javan ridge details). Practical measures carried over from the earlier Indo-European hybrids, which responded to the Indonesian climate, included overhanging eaves, larger windows and ventilation in the walls.
This pre-war Bandung home is an example of 20th century Indonesian Dutch Colonial styles
.
At the end of the 19th century, great changes were happening across much of colonial Indonesia, particularly Java. Significant improvements to technology, communications and transportation had brought new wealth to Java's cities and private enterprise was reaching the countryside.[2] Modernistic buildings required for such development appeared in great numbers, and were heavily influenced by international styles. These new buildings included train stations, business hotels, factories and office blocks, hospitals and education institutions. The largest stock of colonial era buildings are in the large cities of Java, such as Bandung, Jakarta, Semarang, and Surabaya. Bandung is of particular note with one of the largest remaining collections of 1920s Art-Deco buildings in the world,[3] with the notable work of several Dutch architects and planners, including Albert Aalbers, Thomas Karsten, Henri Maclaine-Pont, J Gerber and C.P.W. Schoemaker.
Colonial rule was never as extensive on the island of Bali as it was on Java— it was only in 1906, for example, that the Dutch gained full control of the island—and consequently the island only has a limited stock of colonial architecture. Singaraja, the island's former colonial capital and port, has a number of art-deco kantor style homes, tree-lined streets and dilapidated warehouses. The hill town of Munduk, a town amongst plantations established by the Dutch, is Bali's only other significant group of colonial architecture; a number of mini mansions in the Balinese-Dutch style still survive.[4]
The lack of development due to the Great Depression, the turmoil of the Second World War and Indonesia's independence struggle of the 1940s, and economic stagnation during the politically turbulent 1950s and 60s, meant that much colonial architecture has been preserved through to recent decades. Although colonial homes were almost always the preserve of the wealthy Dutch, Indonesian and Chinese elites, and colonial buildings in general are unavoidably linked with the human suffering of colonialism, the styles were often rich and creative combinations of two cultures, so much so that the homes remain sought after into 21st century.
Native architecture was arguably more influenced by the new European ideas than colonial architecture was influenced by Indonesian styles; and these Western elements continue to be a dominant influence on Indonesia's built environment today.

[edit] Post independence architecture

National Monument (Monas) at Merdeka Square, Jakarta.
Early twentieth century modernisms are still very evident across much of Indonesia, again mostly in Java. The 1930s world depression was devastating to Java, and was followed by another decade of war, revolution and struggle, which restricted the development of the built environment. Further, the Javanese art-deco style from the 1920s became the root for the first Indonesian national style in the 1950s. The politically turbulent 1950s meant that the new but bruised Indonesia was neither able to afford or focussed to follow the new international movements such as modernist brutalism. Continuity from the 1920s and 30s through to the 1950s was further supported Indonesian planners who had been colleagues of the Dutch Karsten, and they continued many of his principles.
Let us prove that we can also build the country like the Europeans and Americans do because we are equal
Istiqlal Mosque, the national mosque of Indonesia.
Despite the new country's economic woes, government-funded major projects were undertaken in the modernist style, particularly in the capital Jakarta. Reflecting President Sukarno's political views, the architecture is openly nationalistic and strives to show the new nation’s pride in itself.[6] Projects approved by Sukarno, himself a civil engineer who had acted as an architect, include:
The 1970s, 1980s and 1990s saw foreign investment and economic growth; large construction booms brought major changes to Indonesian cities, including the replacement of the early twentieth styles with late modern and postmodern styles.[7]


Share/Bookmark Read More..
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...