Adsensecamp

ARTIKEL TERBARU

Showing posts with label profesi arsitek. Show all posts
Showing posts with label profesi arsitek. Show all posts

PERSIAPAN DALAM MEMBANGUN RUMAH

Rumah adalah kebutuhan pokok tiap orang, dan mampu membangun rumah sendiri merupakan dambaan dan impian setiap orang. Perlu banyak hal yang harus dipersiapkan ketika hendak membangun rumah tidak hanya dana tetapi juga banyak aspek lain, termasuk di dalamnya aspek batin, dimana rumah merupakan ucapan syukur atas anugerah dari yang Kuasa, sehingga bisa meningkatkan kehidupan spiritual penghuni rumah.
Ada beberapa hal yang sebaiknya anda persiapkan seperti :

   1. Senantiasa berdoa dan mendekatkan diri pada Nya, sehingga dibukakan jalan rejeki dan finansial. Karena dari tahun ke tahun kita tidak pernah mendengar ada harga rumah yang turun.
   2. Konsultasikan kebutuhan anda pada Arsitek sebagai orang yang dikaruniai talenta akan perancangan bangunan, sehingga penataan rumah anda menjadi optimal. Berikan informasi seakurat mungkin tentang luas lahan, ruang-ruang yang dibutuhkan, kebiasaan-kebiasaan, kendala yang dihadapi serta dana yang tersedia. Diskusikan juga dengan keluarga sehingga tidak terjadi hal-hal yang mubazir. Persepsi tentang menggunakan jasa arsitek di mata masyarakat masih terkesan mahal dan rumit, padahal sebenarnya akan sangat membantu membuat solusi-solusi desain yang bisa menekan biaya. Sama halnya jika kita sakit, tidak mungkin kita bisa mengobati sendiri tanpa bantuan seorang dokter. Arsitek yang ‘bijak’ tidak akan memaksakan keinginannya sendiri tapi berusaha mengorek sebanyak mungkin informasi dari kliennya dan membuat formula yang solutif.
   3. Persiapkan perizinan dari sekarang karena butuh waktu yang cukup lama dan jangan sampai menggunakan jasa makelar atau oknum yang kurang bertanggung jawab. Usahakan anda mengurus sendiri karena lebih menghemat biaya. Lengkapilah dengan surat-surat yang diperlukan seperti advis planning (peruntukan tanah beserta GSB nya), gambar rencana bangunan, fotokopi sertifikat tanah dilegalisir, KTP dan KK sebagai syarat pengajuan IMB. Untuk bangunan di bawah 200 m2 anda cukup mengurusnya di kecamatan setempat. (informasi syarat-syarat IMB beberapa kota lihat disini)
   4. Tentukan budget, karena harga per m2 bangunan sangat bervariasi tergantung dari kualitasnya. Biasanya untuk harga pekerjaan struktur perhitungannya standar-standar saja, tetapi begitu masuk pekerjaan finishing akan membengkak. Ambilah budget antara 1.5 hingga 2 juta per m2 untuk bangunan kelas menengah , dengan mengalikannya dengan total m2 yang akan dibangun, anda sudah bisa memprediksi secara kasar berapa dana yang harus disiapkan.
   5. Carilah informasi tentang sumber-sumber bahan bangunan yang murah tetapi tetap berkualitas, dan pastikan apakah stocknya mencukupi atau tidak. Anda bisa menggunakan material second atau kelas 2, hanya harus sabar dalam mencari yang berkualitas.
   6. Tahanlah keinginan jika anda sudah belanja barang-barang untuk finishing di luar anggaran yang tersedia. Karena begitu melihat jenis-jenis keramik aneka warna dan ragam, sanitair yang unik-unik, handle pintu yang desainnya lucu-lucu belum lagi lampu-lampu yang berkesan mewah, anda akan melupakan catatan kebutuhan dan 'lapar mata' untuk membelinya.
   7. Surveilah toko material terdekat dengan harga yang paling miring untuk mensuplai kebutuhan material dasar seperti pasir,semen, bata, batu, besi dan sebagainya. Jalinlah komunikasi yang baik dengan pemiliknya, sehingga sewaktu-waktu anda cukup mengorder lewat telepon saja. Syukur-syukur bisa dibayar mundur dan dapat discount yang lumayan sehingga anda bisa berhemat.
   8. Mulailah mencari calon pemborong atau kontraktor yang berkompeten dan bisa dipercaya, punya jam terbang tinggi, mampu memberi solusi-solusi serta memiliki kemampuan finansial, sehingga pekerjaan anda tidak terlantar atau ditinggal setengah jalan. Anda bisa mencari informasi dari rekan, tetangga atau kerabat yang pernah menggunakan jasa kontraktor tersebut dan berani menjamin kehandalannya. Dan sebaiknya anda melihat langsung hasil kerjanya untuk lebih meyakinkan. Jangan tergiur hanya dengan penawaran yang rendah, karena harga murah belum tentu kualitas terjamin.
   9. Buatlah kesepakatan kerja dalam bentuk kontrak sederhana, dimana didalamnya memuat item-item pekerjaan beserta volume dan harganya, kemudian target waktu yang direncanakan serta aturan pembayaran dengan sistem termin atau bertahap sesuai dengan kemajuan pekerjaan. Hal ini sedikit banyak akan membantu memproteksi anda apalagi jika dana anda terbatas.
  10. Tentukan sistem pekerjaannya apakah akan borongan atau harian. Jika menggunakan sistem borongan anda bisa memprediksi berapa dana yang harus disiapkan karena dari awal harga sudah menjadi kesepakatan, kecuali terjadi pekerjaan tambah kurang. Tetapi resikonya harga material lebih tinggi dan kualitas akhir kadang tidak seperti yang kita harapkan karena kontraktor cenderung bekerja dengan target waktu dan dana yang sudah terpatok. Jika dengan sistem harian cukup merepotkan, anda harus benar-benar tahu apa yang akan dikerjakan karena semua pekerjaan dan pembelian barang anda yang mengatur , lagipula pekerjaan bisa mundur dari waktu yang ditentukan karena tukang tidak mengejar target. Perpaduan keduanya jika dana anda pas-pas an sebaiknya mengambil sistem borongan tukang saja, sedangkan semua bahan anda yang mencari dan membelinya sendiri. Dengan cara ini tentunya anda lebih puas karena sesuai dengan keinginan anda dan pekerjaan tidak terbengkalai.
  11. Dan solusi terakhir, buatlah perbandingan tentang teknologi modern yang bisa diterapkan dalam proses pembangunan untuk menggantikan pekerjaan secara konvensional seperti penggunaan floor deck, atau slab panel  pra cetak untuk menggantikan pekerjaan lantai beton konvensional atau kuda-kuda baja ringan untuk menggantikan pekerjaan rangka atap kayu dan sebagainya yang tentunya lebih cepat dan efisien dalam pengaplikasiannya, mungkin ada selisih biaya yang menguntungkan bagi anda.
Semoga tulisan di atas dapat menjadi acuan untuk mewujudkan rumah idaman anda. Intinya membangun dengan ‘hemat’ butuh solusi ‘cermat’, mudah-mudahan bermanfaat.
(dirangkum dari beberapa sumber)


Share/Bookmark Read More..

Memilih Arsitek yang Tepat untuk Anda

Memilih Arsitek memang bukanlah pekerjaan yang mudah, karena kualitas keprofesian para arsitek hanya bisa ditampilkan dari pengalaman dan pencapaian yang pernah diperolehnya. Untuk itu, masyarakat didorong untuk lebih bijaksana dalam menentukan arsitek mana yang tepat untuk menjalankan proyek yang hendak direalisasikan.

Pengenalan

Dalam proses awal, maka ada beberapa panduan ringkas yang bisa Anda jalankan sebagai tahap pengenalan akan tingkat kemampuan dan kualitas calon arsitek Anda:
  1. Arsitek Profesional IAI dilengkapi dengan Sertifikat Ke-Ahlian (SKA) yang diberikan dan diperpanjang dengan syarat-syarat yang ketat. SKA yang dikeluarkan oleh IAI tidak bisa dibeli sembarangan hanya karena uang, karena pada setiap pengajuannya setiap arsitek wajib memenuhi persyaratan-persyaratan yang sesuai dengan standar kompetensi Internasional (untuk SKA Utama) dan Nasional (untuk SKA Madya dan Pratama). Setiap arsitek yang memiliki SKA IAI, sangat terikat dengan kode etik keprofesian organisasi IAI. Anda bisa meminta kepada calon arsitek anda untuk menunjukkan bukti SKA yang mereka miliki.
  2. Anda dapat meminta contoh-contoh proyek yang pernah mereka tangani, dengan mengharapkan penjelasan yang lebih rinci tentang proyek-proyek itu secara mendetail untuk membuktikan keterlibatan mereka dan kesuksesan proyek tersebut.
  3. Anda dapat melakukan sayembara untuk mendapatkan hasil yang maksimal, karena sayembara itu sendiri memiliki persyaratan dan peraturan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan anda. Perihal sayembara yang dapat diakui oleh IAI, wajib mengikuti Peraturan Penyelenggaraan Sayembara Arsitektur IAI.

Pemilihan

Dalam proses memilih dan menyaring dari beberapa daftar calon arsitek, Anda dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan dasar yang bisa memberikan Anda kepastian tentang komitmen sang calon arsitek dalam melihat prioritas proyek Anda dalam agenda kerjanya.
  1. Apa yang paling penting untuk dibahas dan dipertimbangkan dalam proyek Anda menurut sang Arsitek?
  2. Apa tantangan dari proyek ini?
  3. Bagaimana sang Arsitek akan mengumpulkan informasi mengenai proyek ini?
  4. Siapakah dalam firma/biro mereka yang akan menjadi penghubung Anda? Apakah orang yang sama dengan yang mendesain? Siapakah yang akan mendesain?
  5. Seberapa tertariknya sang Arsitek dalam proyek ini?
  6. Seberapa sibuknya sang Arsitek saat ini?
  7. Apa yang membedakan sang Arsitek ini dengan yang lain?
  8. Bagaimana sang Arsitek menetapkan standar biaya jasanya?
  9. Apa saja langkah-langkah proses desain yang akan diambil?
  10. Bagaimana sang Arsitek akan menjalankan proses tersebut?
  11. Apa saja yang diharapkan oleh sang Arsitek untuk disediakan oleh Anda?
  12. Apa filosofi desain sang Arsitek tersebut?
  13. Apakah pengalaman sang Arsitek dalam merencanakan Anggaran Biaya?
  14. Apa saja yang akan disediakan oleh sang Arsitek dalam menjelaskan proyek Anda? Maket? Gambar? Atau animasi 3D?
  15. Jika batas pekerjaan sang Arsitek berubah, apakah akan ada biaya tambahan? Bagaimana menghitungnya?
  16. Apakah pelayanan yang akan diberikan oleh sang Arsitek ketika proyek berjalan?
  17. Seberapa besarnyakah tantangan yang akan datang ketika proyek berjalan? Apakah sang Arsitek dapat memprediksikan hambatan-hambatan yang akan terjadi?
  18. Apakah sang Arsitek dapat memberikan daftar klien-klien lampau yang dapat dihubungi?

Penentuan

Dalam menentukan arsitek yang tepat bagi proyek Anda, maka Anda harus mempertimbangkan bahwa nilai biaya jasa yang paling murah bukanlah segalanya. Pekerjaan keprofesian arsitek adalah mengenai pemberian pelayanan yang paling maksimal sesuai dengan standar minimal keprofesian yang harus diberikan oleh sang Arsitek dalam proyek Anda.
Batas-batas pekerjaan arsitektur harus dibahas secara jelas pada awal perjanjian kerja sama agar terhindar kesalahpahaman profesi dan/atau kekeliruan spesifikasi pekerjaan.
Para pengguna jasa dan arsitek yang digunakannya harus dapat saling memahami lebih dulu tentang rencana dan rancangan yang dikehendaki oleh kedua pihak, agar pada pelaksanaannya dapat terhindar biaya berlebihan karena kesalahan konstruksi atau misinterpretasi desain. Oleh karena itu, para pengguna jasa harus dapat menemukan calon Arsitek yang dapat berkomunikasi dengannya secara baik dan dapat memahami keinginannya.

Share/Bookmark Read More..

Alasan Menggunakan Jasa Arsitek



  1. Apa yang dilakukan oleh seorang arsitek untuk proyek Anda?
    1. Arsitek dilatih untuk menerima penjelasan dari Anda dan dapat melihat konsep besarnya - mereka menyadari kebutuhan-kebutuhan penting Anda untuk mendesain bangunan yang fleksibel dan dapat beradaptasi dengan perubahan-perubahan kebutuhan bisnis Anda.
    2. Arsitek dapat menghemat uang Anda dengan memaksimalkan investasi Anda. Sebuah bangunan yang terdesain dengan baik dapat mengurangi biaya Anda saat ini dan meningkatkan nilainya untuk jangka panjang.
    3. Arsitek dapat menghemat waktu Anda - dengan mengatur dan mengoordinasikan elemen-elemen penting dalam proyek, sehingga memberikan Anda waktu untuk berkonsentrasi kepada aktifitas organisasi Anda.
    4. Arsitek dapat membantu bisnis Anda. Mereka menciptakan lingkungan binaan secara keseluruhan - interior dan eksterior - yang nyaman dan fungsional untuk para pengguna dan penghuni lingkungan tersebut.
  2. Penjelasan proyek
Kunci kesuksesan utama dari proyek Anda sangat bergantung kepada kualitas penjelasan Anda, yang mana adalah kemampuan Anda untuk menjelaskan secara rinci kepada arsitek Anda mengenai kebutuhan-kebutuhan dan fungsi-fungsi dari bangunan Anda, dan rencana pengoperasian dan cara mengaturnya. Arsitek Anda terlatih untuk membantu Anda menyiapkan penjelasan akhir. Yang termasuk hal-hal penting yang dibutuhkan oleh arsitek Anda untuk diketahui adalah:
  1. Tujuan Anda:
    Apakah Anda menginginkan pencitraan yang baru (new image), memperluas ruangan atau mengadopsi teknologi baru? Apakah Anda merespon kebutuhan dari kebutuhan perubahaan struktur organisasi?
  2. Gaya desain Anda:
    Apakah Anda mempertahankan gaya desain dengan bangunan yang ada? Apakah Anda menginginkan desain yang terbaru atau canggih? Apakah Anda memperhatikan aspek desain yang langgeng atau ekologis?
  3. Alasan Anda mengajukan proyek ini:
    Aktifitas apa saja yang ditujukan dalam proyek ini?
  4. Otoritas Anda:
    Siapa yang akan mengambil keputusan? Tentang desain? Tentang biaya? Tentang tanggung jawab harian ketika proyek sedang berjalan?
  5. Harapan keseluruhan Anda:
    Apa yang Anda harap akan dicapai dalam proyek ini? Kepuasan pribadi? Mengesankan klien atau kompetitor Anda? Keunggulan bisnis Anda dalam sebuah komunitas? Memberikan suasana menyenangkan dan efisiensi yang lebih baik bagi karyawan Anda? Sebuah tempat yang lebih nyaman bagi Anda untuk Anda tempati?
Jika terlalu banyak ketidakpastian bagi arsitek Anda untuk menanggapi secara positif, ia bisa saja mengajukan usulan untuk melakukan penelitian pendahuluan atau studi banding sehingga Anda dapat menentukan kebutuhan-kebutuhan Anda pada informasi dasar yang nyata. Anda dapat menunjuknya atau seorang arsitek lain lagi untuk melakukan tugas studi ini bagi Anda dengan dasar perhitungan biaya jasanya persatuan waktu.

Share/Bookmark Read More..

Arsitek


oleh Y.B. Mangunwijaya
Kompas, 16 September 1993

Profesi arsitek di Indonesia masih baru. Di zaman sebelum perang dunia II di Technische Hoge School (THS) yang kini menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB) hanya ada yang disebut jurusan Sipil, di mana Bung Karno dulu pernahmenjadi mahasiswa. Di THS negeri Belanda di Delft hanya ada jurusan yang disebut Bouwkunde (Ilmu Bangunan) yang menghasilkan arsitek-arsitek juga, tetapi lebih condong ke ilmu bangunan sipil. Kata sipil diambil dari sebutan kata civiel atau diterjemahkan sekarang: bangunan kepentingan masyarakat alias bangunan umum. Profesi arsitek pada dasarnya tidak lahir dari kalangan universitas atau perguruan tinggi, tetapi dari iklim magang para arsitek profesional di sanggarsanggar,
karena lebih digolongkan dalam profesi seni rupa. Arsitek-arsitek agung sebelum perang dunia II dan yang
selalu memberi wajah serba baru kepada dunia bangunan sesudah kehancuran umum dunia maju 1945 seperti Mies van der Rohe, Groupius, Corbusier, kalau tidak salah Kenzo Tange juga, bukanlah sarjana-sarjana lulusan universitas, tetapi orang-orang genius buah sanggar-sanggar "swasta" yang dididik langsung oleh masyarakat arsitek dan kreativitas pribadi. Seperti pelukis dan pematung, seniman tekstil dan sebagainya. Di Jerman memang ada lembaga pendidikan desainer termashur yang bernama Bauhaus (Rumah Bangunan) yang secara integral dan total mencakup pendidikan segala cabang seni. Tetapi Bauhaus justru tidak ingin akademik. Inspirasi dasar Bauhaus adalah kehidupan riil masyarakat, khususnya perpaduan antara keperluan sehari-hari dan dunia serba baru yang sedang dicangkokkan ke dalam masyarakat, yakni dunia khas industrial. Yang punya filsafat hidup, budaya, dan selera yang sangat khas, sangat berlainan dari dunia budaya agraris.
Dari sejarah kebudayaan di mana pun memang kita melihat, bahwa arsitek, pelukis, pematung, para seniman dalam seni-bentuk memang adalah "putra-putri masyarakat", bukan alumni perguruan tinggi formal. Bahkan di barat, hasil seni dari dunia akademi justru dilecehkan sebagai seni yang tidak otentik. Akademis artinya: buruk, klise, tidak inspiratif, tiruan, dan sebagainya yang negatif. Pertanyaan akademis juga bernada negatif: mengada-ada, tidak praktis, tidak hidup, tidak relevan. Walaupun di zaman antik, pertanyaan akademis justru bernilai metafisik yang tinggi. Tetapi, zaman industri yang dinapasi iptek memang lain problematika hidupnya.

Belum diakui penuh

Sebetulnya tidak sangat berbeda dari profesi-profesi lain yang semula belajar dari praktik kehidupan masyarakat, seperti ilmu ketabiban. Para sinsei di timur, timur tengah, dan barat belajar lewat proses magang dari para guru dan suhu di tengah masyarakat. Baru kemudian datanglah fakultas-fakultas kedokteran pada perguruan-perguruan tinggi formal. Ini sangat berhubungan dengan sifat dan proses birokratisasi juga yang tak terelakkan dalam masyarakat yang semakin canggih pengorganisasiannya. Tetapi, dokter sudah (terpaksa) dihargai masyarakat. Arsitek belum. Orang sakit berakal sehat atau terpelajar datang ke dokter tidak dengan tuntutan minta pil kapsul ini, suntikan itu, mendikte si dokter obat apa yang harus diberikan agar dia sembuh. Tetapi kepada arsitek orang datang dengan seperangkat permintaan dan pendiktean sesuka selera. Harus
seperti gedung ini dari Amsterdam, minta jendela seperti di Hongkong, harus pakai tiang ini dari Yunani dan harus meniru bentuk-bentuk yang "tidak kalah dengan" Singapura dan seterusnya. Arsitek bahkan dianggap lebih rendahdaripada dukun, karena kepada dukun sekalipun orang  tidak mendiktekan resep.
Mungkin karena pada pemberi order itu kebudayaannya masih belum beranjak dari demang despotik di zaman kolonial yang masih kelewat agraris, sehingga mereka bergaya seperti petani dungu yang sukanya mendikte dokter agar jangan diberi pil, tetapi disuntik saja biar cepat sembuh. Tetapi mungkin juga di arsitek belum dipercaya kemampuannya, dan membuktikan diri memang belum punya pendirian dan filsafat desain yang kuat sehingga tidak meyakinkan. Namun, boleh jadi orang punya suatu pemahaman tentang arsitektur yang keliru. Sehingga hasilnya adalah arsitektur murahan bahkan "kampungan" yang biasanya gado-gado asal comot sana comot sini karena memang itu yang diminta pemberi order. Kalau tidak memuaskan beliau-beliau, ditakutkan nanti tidak mendapatkan order basah dari klien yang kuasa, kaya baru tetapi tidak intelek, dan budayanya masih kampungan. Jadi praktis kriterianya: uang dan kemumpungan.
Sampai terjadi, arsitektur Gedung Dewan Pertimbangan Agung di Jakarta berbentuk luar bahkan warnanya pun plegpersis dengan gedung-gedung berarsitektur Germania Hitler, buah hasil retorika, patetik, dan patologis Menteri PU Nazi Albert Speer. Aneh, tetapi bagi yang tahu psikologi, sebetulnya tidak tidak aneh juga.
Maka harapan kita ingin berbudaya dan berkepribadian secara benar kepada para arsitek Indonesia, ialah: sudilah jangan main imitasi doang. Sudilah memberanikan diri menjadi dokter atau paling tidak dukunglah yang tidak mau serba didikte oleh klien atau pasien. Dan sumbangkanlah the best yang Anda punyai, yang Anda pelajari selama studi yang panjang. Jadilah seorang yang profesional dan jangan mau menjadi penyalur ide-ide suka pamer secara ngawur dari orang-orang yang biar punya duit dan kuasa, tetapi tidak paham budaya dan selera mulia.
Tidak mudah memang menghadapi orang yang tidak intelek dan tidak berperasaan halus, akan tetapi dokter yang sejati pun akan mengikuti tanggung jawab profesional dan hati nuraninya. Sebab semakin arsitek menjadi budak order, semakin martabat profesi arsitek merosot juga, dan semakin dilecehkan. Tukang roti atau koki jauh lebih tahu mana yang enak dan bergizi daripada sembarang  awam. Memang masih sulit dan berat, tetapi akhirnya ini soal mati hidupnya profesi arsitek. Di negara maju arsitek juga bukan orang yang sembarang mau didekte dan hanya mengikuti pemberi order. Negeri kita pun akhirnya juga akan maju dan semakin berintelek. Kemarau panjang memang tidak enak, akan tetapi tidak ada situasi yang abadi. Oleh karena itu siapa selain arsitek sendirilah yang harus merintis akhirnya kemarau panjang ini. Sendirian sulit, tetapi mudah-mudahan secara bersama dalam Ikatan Arsitek Indonesia hal ini akan lebih dapat dipermudah.
Sebaliknya masyarakat juga perlu tahu, bahwa sejak zaman dahulu dan di sepanjang sejarah bangsa manusia
khususnya bangsa-bangsa yang besar dan kreatif, arsitektur bukan cuma soal selera asal comot atau lonjakan-lonjakan nafsu belaka. Arsitektur adalah ekspresi dan wahana suatu kebudayaan, dalam pikir alam cita-cita dan ungkapan langsung paling jelas, bagaimana suatu masyarakat berfilsafat hidup dan menangani kehidupan. Secara benar ataukah ngawur? Punya kepribadian ataukah saling menjiplak? Semrawut atau punya batang pendirian yang kokoh? Berselera tinggi ataukah asal pinjam baju orang lain? Dan sebagainya. Memang susahnya istilah arsitektur adalah warisan barat yang diambil justru pada saat merosotnya pemahaman arsitektur di  sana. Arsitektur (dari akar kata Yunani arche = yang sejati, yang asli, dan tektoon = yang stabil) datang dari dunia mencuatnya ilmu bangunan sipil. Belum menyatakan dimensi-dimensi kebudayaan dan realilitas kehidupan yang lebih riil dan lebih mulia. Kata Sanskrit vasthu atau di-Indonesia-kan wastu (dalam bahasa jawa kuna artinya: bangunan) jauh lebih memadai yang arti aslinya lebih kaya,
berunsur, bernorma kehidupan, kesejatian, pengejawantahan bentuk dari prinsip-prinsip yang absolut, rencana
komperehensif, sesuai dengan hierarki kehidupan, dan sebagainya. Diterjemahkan dengan bahasa modern: form giving in its totality. Dari bentuk sendok, periuk atau selot kunci, kloset WC, gergaji, kendaraan, jalan, dan barang-barang sehari-hari lain, rumah, gedung umum, istana, kampung, toko, pelabuhan, bengkel, sampai pada tata desa, tata kota, tata wilayah, tata negara, dan tata dunia. Total, komprehensif, holistik, sekaligus mendetail, yang makro dan bentuk yang paling mikro dari berbentuknya realitas total kehidupan manusia dan masyarakat. Dalam arti, menjelang tahun 2000 istilah wastu jauh lebih relevan daripada arsitektur.
Maka sebetulnya dalam kampus jurusan arsitektur telah terjebak historis dimasukkan ke dalam fakultas teknik. Mestinya ke dalam fakultas ilmu-ilmu politik atau ilmu-ilmu kemasyarakatan. Di situlah ilmu wastu akan mendapat tempat yang paling wajar, karena sangatlah erat hubungannya dengan segala yang menata dan membentuk masyarakat. Dan yang akan menemukan relevansinya yang paling benar sebagai salah satu komponen konstitutif dari kebijakan yang lebih luas, memberi bentuk yang paling relevan dan pas bagi seluruh kehidupan real demi masyarakat yang relevan dan pas pula dengan kebudayaan hidupnya.
Tetapi memang, banyak variabel warisan sejarah yang masih sangat menghalang-halangi suatu renovasi yang cocok dengan kodrat permasalahan. Tetapi bolehlah untuk zaman sekarang dan mendatang letak jurusan arsitektur dalam dunia kampus terlanjur salah, asal saja para arsitek tidak salah meletakkan diri.
(disadur dari milis IAI 24 November 2007; pengirim: Erwinthon P. Napitupulu)

Share/Bookmark Read More..
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...